by

Wirausaha vs Salesman

Oleh: Erizeli Bandaro

Saya pernah tahun 2009, berusaha dapatkan akses ke salah satu kementerian. Segala cara saya usahakan agar dapat akses tetapi selalu gagal. Saya tahu, networking politik saya lemah. Tetapi otak reptil saya kuat sekali. Saya tahu bahwa menteri itu doyan cewek. Saya minta agent untuk atur saya bertemu dengan wanita yang jadi primadona menteri itu. Hanya beberapa jam, saya sudah ketemu dengan wanita itu. Saya katakan kedia. “ Saya bayar kamu 4 kali dari tarif kencan kamu. Tugas kamu hanya mesra kepada saya di depan dia. Cukup 2 menit saja “.Dia sanggupi. Kemudian Skenario saya susun.

Saya datang ke restoran tempat dia kencan dengan menteri itu, yang kebetulan di Singapore. Dia melihat saya. Dia rangkul saya dengan gaya akrab. Menteri itu tersenyum kearah saya. Seminggu kemudian , saya datangi kamar kerja menteri itu. Saya langsung todong minta dia setujui proposal saya. Seminggu kemudian, saya dapat surat bahwa prosal saya disetujuinya. Namun setelah dapat konsesi. Benar benar konsesi itu saya kerjakan sampai selesai dan dapat laba. Engga seperti orang lain yang gunakan konsesi itu dapatkan fee. Sementara yang kerja orang lain. Ini rente. Merugikan negara.

Banyak orang yang jago sekali cari peluang bisnis dan kreatif. Sebenarnya tipe orang seperti itu belum tentu dia wirausaha, bisa saja dia hanya jago komunikator bisnis atau salesman. Networking luas. Maklum orang gaul. Kalaupun karena itu dia dapat uang, hidup hedonis, itu bukan berasal dari laba. Tetapi dari ngakalin investor, bank dan rekanan saja. Semakin lama, semakin dalam sumur dia gali. Sampai akhirnya dia tidak bisa lagi keluar dari sumur itu. Ya tak ubahnya dengan bisnis ponzy atau Jual narkoba tetapi makai juga. Kan bego.

Dia tidak paham bagaimana barang itu dibuat. Tidak mengerti business process dari sejak deal terjadi sampai print out invoice dan uang masuk ke rekening perusahaan, menghasilkan laba. Memang keliatan remeh dibandingkan teken hutang dapat cash atau teken broker fee kepada investor. Tetapi justru dari yang keliatan remeh itulah point dari bisnis sebenarnya. Focus kepada business process. Process dari mendapaktan peluang, melaksanakan, mengorganisir sumber daya, dan pengawasinya sampai jadi duit. Eric jago soal komunikasi bisnis. Orang gaul, tetapi dia tidak focus ke business process.

(Sumber: Facebook DDB)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed