by

Tanpa Hijab Dianggap Masih Maksiat

Oleh : Rijal Mumazziq

Sebagian, ya sebagian, yang berjilbab dan bercadar menganggap jika cewek yang belum sempurna menutup aurat adalah pengecer maksiat, cebong, belum dapat hidayah, dan Islamnya tidak penuh. Sebaliknya, yang tidak berjilbab, atau menggunakan jilbab ala Nusantara, menilai penuduhnya sok suci, kadrun, ketinggalan zaman, penduduk Arab masa lalu, kadrun, dan tuduhan lain. Intinya sama brutalnya dalam soal sindir menyindir.

Ini yang bisa kita cermati dalam adu bacot di medsos. Setuju apa tidak dengan pengamatan ini, monggo.

Di medsos, ada juga sekulerisme yang tampak berbaju Islamis. Berbeda dengan sekuler liberal yang memang menjaga jarak antara urusan negara dan agama, sebagaimana di Eropa, sekulerisme jenis kedua ini tampak tatkala atas nama agama penganutnya melakukan pemisahan klasifikasi ilmu. Ilmu Islam dan Kafir. Kudu belajar ilmu Islam secara total, nggak perlu belajar kimia, fisika, dll, dan jenis keilmuan lain, lantaran dianggap itu ilmu umum, dari Barat, dan milik orang kafir. Akhirnya asyik dengan jalan pikirannya sendiri. Ada? Banyak.

Padahal, yang namanya ilmu semua dari Allah. Orang Islam kudu mahir matematika, lantaran dari situ bakal bermanfaat, antara lain, dalam Ilmu Falak, Faraidh, arsitektur dan teknologi. Banyak manfaatnya. Mahir fisika, kimia, dll, karena di masa lampau pula keilmuan ini juga dikuasai para muslim, dan pada tahapan lain juga bisa menelaah ayat kauniyah, serta bisa meningkatkan asas kemanfaatan bagi sesama, sebagaimana dawuhnya Rasulullah.

Corak sekulerisme atas nama agama ini selalu ada, dan nongol secara periodik, dengan pola pikir yang, katakanlah, konspiratif. Cara pandangnya hitam putih. Vis a vis.

Saya percaya konspirasi itu ada, tapi Teori Konspirasi? ini yang butuh ditekan mendalam, karena teori konspirasi itu lebih banyak yang sifatnya imajinatif, dibangun atas asumsi, bukan argumentasi; berbasis pada rasa, bukan logika.

Pada akhirnya, teori konspirasi itu mirip jajanan Chiki: kriuk, renyah, gurih, tapi nirgizi.

Kalau kita masuk pada penganut teori ini, niscaya kita bakal merasa sumpek, segala sesuatu tampak buram, dan sulit. Lebih sulit lagi melupakan Reihan, apalagi Reihan baiiiik.

Sumber : Status Facebook Rijal Mumazziq

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed