by

SVB Collapse

Oleh: Erizeli Bandaro

Mengapa SBV bank dengan aset USD 220 miiar atau setara bank Mandiri bisa jatuh bangkrut. ? Rasanya engga mungkin. Apalagi exposure kredit mereka berfocus kepada business IT. Semua tahu , business It adalah bisnis yang terus berkembang. Peluangnya masih sangat besar.

Menurut saya kesalahan terbesar Bank ini ada pada strategi mengatasi hilangnya pendapatan dari bunga. Saat bunga mendekati 0%, mereka berusaha mencari sumber pendapatan lain. Maklum uang bank kan DPK atau uang nasabah. Mereka harus bayar bunga deposan kepada nasabah.

Caranya agar tidak bleeding, mereka membeli asset atau surat berharga yang beresiko rendah. Pada situasi itu, mereka aman saja. Nah saat suku bunga naik akibat kebijakan the fed mengatasi inflasi, value aset yang low risk itu jatuh. Jatuhnya mencapai 40%. Ya kalau modal bank hanya 10%. Itu sudah masuk insolvent.

Mereka panik. Seharusnya tidak perlu panik. Mereka bisa leverage aset itu lewat SBPU the fed untuk mengatasi likuiditas. Tapi entah mengapa mereka percaya kepada pemain hedge fund. Aset itu dijual denga harga diskon. Tekor $2,25 miliar. Ternyata solusi hedg fund itu kandas. Uang cash ditangan malah ludes.

Walau teori dasar berinvestasi itu semua dipelajari oleh mahasiswa ekonomi tingkat dasar, namun dalam prakteknya banyak eksekutif lupa bahwa low risk tidak selalu aman. Dalam business, ada istilah, saat anda merasa aman, saat itulah anda tidak aman.

Mengapa ? Surat berharga yang resiko rendah cenderung value nya tinggi dan tentu yield nya rendah. Secara nominal aman. Apalagi dalam situasi pasar lesu, penempatan aset pada sekuritas yang low risk adalah safe haven.

Walau asset low risk itu tidak mungkin default. Tapi, value bisa jatuh. Saat ada peluang alternatif lebih bagus. Pasar kembali bergairah. Orang akan ramai ramai lakukan relokasi aset. mereka jual aset low risk itu untuk beli aset yang high risk high yield. Apa yang terjadi? nilai aset itu jadi jatuh. Hukum demand and supply effect. Di Indonesia, hampir semua dana pensiun melakukan kesalahan seperti ini. Low risk tapi akhirnya high risk.

(Sumber: Facebook DDB)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed