Oleh: Babo EJB
Semua tahu kan Hp merek Apple atau Iphone. Apple itu buatan AS. Tapi tahukah anda bahwa tidak ada pabrik Iphone di AS. Kalau anda buka isi Hp merek Apple itu, didalamnya berbagai komponen dari baterai sampai ke processor dan casing, alat on/off, camera, mic dan lain sebagainya, dibuat di pabrik yang ada di China dan Taiwan, ada juga di Vietnam. Kemudian di pabrikasi di Taiwan dan China secara massal.
Group perusahaan saya punya pabrik membuat perangkat on/off untuk Apple dan Huawei, Samsung. Anda tahukan alat on/off di HP itu kecil sekali. Tapi ukuran pabriknya mencapai 4 hektar dengan karyawan ribuan.
Begitu juga dengan pesawat terbang Boeing. Ada ribuan sparepart, electronic system dan accessories pesawat itu tidak dibuat di AS. Tetapi berasal dari Eropa, Jepang, China. Bahkan Boeing punya pabrikasi untuk merakit berbagai komponen itu jadi pesawat di China.
Kebetulan group perusahaan saya di Hangzou sebagai supply chain Boeing untuk Electronic system. PT. Dirgantara Indonesia adalah salah satu supply chain Boeing dan Airbus. Begitu pula dengan kendaraan dan mesin dari berbagai merek. Tidak ada yang 100 % dibuat dalam satu pabrikasi. Tetapi lahir dari ribuan supply chain.
Apa yang saya gambarkan diatas adalah setiap benda yang hadir dalam kehidupan anda, katakanlah gadget smartphone, TV, Kulkas, Pompa Air, Kendaraan dan lain sebagainya, itu lahir dari ribuan supply chain dan melahirkan jutaan angkatan kerja. Para pengusaha yang punya wawasan industri sangat paham sekali peluang ini.
Ketika ada satu merek dibuat, maka supply chain akan datang mengawarkan produknya untuk digunakan. Tahun 80an China tidak punya mobil nasional. Tapi dengan hadirnya Merek Marcerdez, Audi, Toyota, Honda dan lain lain, maka supply chain lokal bermunculan. Kemudian kendaran buatan lokal muncul dengan copy paste kendaran buatan AS atau Jerman, Jepang. Kini China punya beragam merek kendaraan nasional yang hebat.
Di China banyak anak muda lulusan universitas, yang hanya bekerja tidak lebih 3 tahun. Setelah itu mereka buka usaha sendiri. Itu karena visi mereka yang luas terhadap supply Chain. Mereka tahu dengan banyaknya prinsipal merek membuat pabrik di China, maka itu adalah peluang besar bagi mereka untuk menjadi rekanan. Setidaknya sekali mereka tanda tangan kontrak sebagai pemasok, maka itu adalah jaminan pasar untuk mengamankan bisnisnya.
Nah di kita, kalau industri asing pemegang merek masuk malah dicurigai invasi asing atau aseng. Padahal itu berkah mendatangkan peluang bagi kesejateraan hidup anda untuk menjadi mitra mereka.
Berkat tulisan saya tentang ESEMKA, saya dapat email dari anak muda yang berniat mengembangkan design sendiri dan merek sendiri untuk kendaraan listrik. Selagi blue prient design nya merarik secara bisnis, saya katakan, saya siap membantu mendapatkan angel investor untuk membiayai riset kendaraan itu sesuai dengan blue print, sampai jadi prototipe. Setelah itu akan masuk proses sertifikasi.
Kebetulan mitra saya di Hong Kong berminat. Mengapa? Dia lihat sendiri kehadiran ESEMKA, ternyata Indonesia membuka peluang hadirnya merek dan design sendiri.
Itu membuktikan di indonesia tidak ada lagi kartel bisnis kendaraan yang secara significant memborgol tangan pemerintah mengeluarkan izin. Artinya kebebasan berproduksi itu dijamin negara. Jadi daripada nyinyir terhadap kesuksesan ESEMKA melakukan pabrikasi, mengapa tidak dijadikan inspirasi membangun pabrik sejenis atau lainnya.
Ini peluang bagi siapa saja yang mau berpikir positip dan kerja keras. Kecuali para pemalas, maka yang ada adalah keluhan dan iri dengki terhadap kesuksesan orang lain. Orang seperti ini sampah peradaban. Selamaya akan jadi beban negara dan bukan asset nasional.
Comment