Oleh: Awit Dhihan Priyo Pambudhi
Pernah nggak memperhatikan sosok suami di film-film produksi negara barat?
Apapun genrenya, baik film keluarga, action, thriller bahkan horor sekalipun. Ketika ada adegan di rumah, sering ditampilkan bagaimana peran seorang suami ketika turut ambil bagian membantu peran istri.
Belanja kebutuhan dapur dengan kantong kertas, memasak sederhana untuk anak dan istrinya, makan bersama di meja makan, ngobrol ringan tentang aktivitas atau apapun hingga mencuci peralatan dapur.
Dan, semuanya dilakukan dengan natural seperti sudah menjadi rutinitas sehari-hari pasangan suami istri di sana.
Pun, ketika ada konflik hingga mengharuskan mereka beradu argumentasi, sebisa mungkin anak-anak masuk ke kamar dulu. Tidak menampakkan keributan di hadapan mereka.
Yang lebih patut ditiru adalah kebiasaan untuk selalu ada ‘pillow talk’ sebelum tidur atau setelah ngeseks. Berpelukan di ranjang, ngobrol ringan tentang apapun. Saling memuji pasangan. Bahkan, ketika ada masalahpun bisa tetap berkomunikasi dengan kepala dingin dalam satu ranjang.
Bedakan dengan yang ditampilkan dalam sinetron atau film produksi negara kita.
Keluarga kaya raya dengan rumah dan mobil mewah yang sengaja di syut, ditampilkan detail.
Dengan anggota keluarga bak keluarga kerajaan. Semua tinggal perintah kepada ART.
Jangankan sosok suami yang mau berkotor-kotor di dapur. Si istripun akan digambarkan sebagai ratu yang selalu ber-make up tebal dan lebih sering beraktivitas di luar rumah.
Anak-anaknya hanya akan sering bersama para ART atau keluyuran dengan kegiatannya masing-masing.
Ditambah lagi saat adegan orang tua berantem, anak-anak seperti sengaja disetting untuk ikut menyaksikan kedua orang tuanya ribut.
Negara religius yang katanya hidup serba diatur oleh dogma dan norma, tapi outputnya…. Ya gitu deh.
Sementara di belahan bumi lain, yang disebut kafir lah, tak beragama lah, sekuler lah, tidak punya norma lah, justru menampilkan pola hidup yang benar dengan natural dan tidak dipaksakan.
Entah siapa yang salah. Ku tak tahu. Karena aku lebih suka tempe.
(Sumber: Facebook Awit DP)
Comment