by

Sorga dan Neraka

Oleh : Harun Iskandar

Duh, Gusti . . .

Tak layak hamba masuk dalam sorga-Mu.Tetapi hamba juga tidak kuat menerima siksa neraka-Mu . . . . . . .. . . . . . .

Duh, Gusti . . .Hamba-Mu yang penuh maksiat ini Datang kepada Mu bersimpuh, mohon ampunan Jika Engkau ampuni, memang Engkau adalah Pemilik ampunan Jika Engkau tolak, kepada siapa lagi aku berharap . . .(Syiir Illahi Lastu – Abu Nawas)

Ada postingan di FB yang bikin saya tertawa ngakak. Seseorang posting sampul komik tentang siksa neraka. Gambarnya serem2.Yang menggelitik saraf tawa saya, justru komen, salah satu pembacanya, atas gambaran tentang neraka itu.Dia nulis komen, ‘Waktu SD pernah lihat komik itu. Bareng seorang teman’.

Lanjutnya, ‘Sembari baca teman-ku omong, nanti orang2 kafir-lah yang akan jadi kayu bakarnya.’Yang nulis komen ini seorang ‘non-muslim’, saya duga cukup akrab dengan anak, teman SD-nya, yang sedang bercerita. Atau memang anak2 selalu berpikiran bersih. Untuk itu, teman-nya memerlukan nyambung kalimat lagi.’Tapi yang kafir itu bukan kamu,’ sambung si teman. ‘Dulu saya sama sekali ndak tersinggung sedikitpun’, tulisnya. ‘Karena memang merasa, kalau saya bukan ‘kafir’ yang dimaksud oleh teman saya itu’.

Dan komennya, segera dibalas komen lagi oleh seseorang, pembaca postingan yang lain, ‘Aku trênyuh . . .’

Jaman saya masih anak2, Ibu sering cerita tentang Sorga. Cuma sorga, ndak ada cerita tentang neraka. Sampai beliau wafat, saya ndak sempat nanya, kenapa kok dulu ndak pernah ‘ndongeng’ tentang neraka . . . ?Konon nanti di sorga, kata Ibu, kita semua bisa kumpul2 lagi dengan keluarga kita. ‘Semua ?’ Jika saya tanya begitu kepada Ibu, kepada seorang perempuan berwajah bersih teduh, yang mulutnya ndak pernah berkata berkata buruk, menjawab dengan lembut dan yakin, ‘Iya . . .’Bisa kumpul dengan Bapak Ibu, saudara2, Kakek Nenek, Buyut, dan seterusnya. Saya bayangkan begitu membahagiakan. Ndak pernah bertanya juga, bagaimana mungkin. Bukankah kami semua ada dalam rentang waktu yang panjang ? Ndak. Ndak terpikir.Ndak mikir juga, karena mungkin masih anak2, bagaimana saya bisa kumpul dengan istri, sementara Nyonya saya kumpul dengan keluarganya sendiri ? Bagaimana ‘mantu’ saya. Apakah saya bisa ‘mecah raga’ ? Ndak. Ndak terpikir.Itu nanti, biar jadi ‘urusan’ Tuhan saja. Tuhan saya, yang Maha Sakti Mandraguna.Pokoknya bahagia saja. Karena bisa kumpul2 dengan keluarga. Saya bayangkan, tiap hari ketemu suasana Lebaran. Itu saja . . .

Kebahagiaan tentang imajinasi ‘hidup’ di sorga dengan ‘citra’ semacam itu, terus saya bawa. Sampai remaja, dewasa, menikah, dan punya anak.Namun belum lama ini, sekitar 2 atau 3 tahun terakhir, ada yang coba mengusik. Katanya, suasana sorga nanti, ndak seperti yang Ibu saya pernah tuturkan. Karena, kita nanti di sorga kita memang akan ‘kumpul2’. Namun bukan dengan keluarga kita. Tapi kumpul2 dengan, dan ‘dilayani’ oleh buuuuanyak Bidadari . . .Konon yang ‘paling miskin’ saja, akan punya sebuah istana dengan 70 buah pintu, kamar maksudnya. Setiap kamar akan ada 70 tempat tidur. Setiap tempat tidur, akan diisi oleh seorang Bidadari.Jadi, yang paling miskin saja, akan punya 70 x 70 = 4.900 Bidadari . . .Lhuk !

Tiba2 sorga pun, kalau sesuai ‘versi’ dia ‘itu’, jadi ndak menarik lagi. Blas !Sayang Ibu saya sudah wafat. Kalau ndak, tentu akan saya tanya. Yang bener yang mana.Namun terlepas dari itu, sebagai anggota Bonek yang Suroboyo Asli, mau ndak mau jadi muncul pikiran dan pertanyaan yang aneh2, liar, nakal, dan kurang-ajar Iku suwargo, itu sorga, opo Bangun Rêjo, opo Krêmil, opo nDolly, yo . . . ?!Tabek . . .

Sumber : Status Facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed