by

Sobat Sarungan dan Dasteran, Lawan Intoleransi

Oleh : Haryo Setyo Wibowo

Orang sepertinya belum paham soal paradoks toleransi. Intoleransi memang harus dilawan jika membahayakan. Misal bocah-bocah yang tengah menunggu vaksin, terlihat menutup kuping saat ada swara musik (diviralkan Diaz Hendro) tersebut, tiba-tiba trance trus ngamuk, ndadi, ngrusak properti. Dan ingat, kalau cuma nutup kuping saja, atau menolak mendengarkan musik ya belum bisa disebut intoleransi.

Baru jadi masalah kalau kita lagi enak-enak dengerin musik, playernya dimatikan. Disuntaki coca cola. Headsetnya direbut trus ditelan! (Iki jathilan po reog ya… kok mangan headset?) Perbedaan pandangan seperti ini (halal haram) sebenarnya lumrah. Sekelas Gus Baha pun meyakini bahwa musik itu haram. Tetapi harus diingat apa yang melandasi keyakinannya tersebut, apa terkait dengan fokusnya sebagai seorang pengajar Quran atau karena memang sejak awal jauh dari musik?

Pengetahuan kita makanya menjadi kunci! Gus Dur? Justru penggemar musik klasik. Lumrah sebenarnya. Ada hal-hal dalam keyakinan yang tidak bisa dikalkulasi secara matematis. Semua kembali ke preferensi dan referensi. Hal yang membahayakan justru kalau sudah mulai membenturkan ulama X dan Y. Ajaran A dan ajaran B. Dan semua perbedaan tersebut kemudian diselesaikan dengan Tes Wawasan Kebangsaan. Remuk!

Terakhir, kuatir itu perlu. Selama rasionalitas terjaga. Ingat, negeri ini bukan Afghanistan. Tidak akan ada itu cerita “Mendung Tanpa Udan” dilarang diperdengarkan. Kalau itu terjadi, sobat sarungan dan dasteran pasti akan mengadakan perlawanan rakyat semesta. Catat itu! Melawan dengan apa? Maca koran karo belanja 😭Mat DogolSeneng berteman dengan sobat sarungan, tapi lebih seneng dengan sobat dasteran

Sumber : Status Facebook Haryo Setyo Wibowo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed