by

Slilit Peradaban

Oleh: Biakto

Negeri ini sudah ada ratusan tahun, bahkan ribuan tahun dalam bentuk dan sebutan lainnya. Hanya karena status kemerdekaan maka usianya baru 77 tahun.

Dalam tahun² awal sampai berbentuk beberapa kerajaan, kerap terjadi pertikaian bahkan peperangan. Didalamnya juga kerap terjadi kejahatan, pengkhianatan, dst.

Awal kemerdekaan dalam kepemimpinan Soekarno mengalami gangguan serius dalam ancaman ideologi. Ada Karto Soewirjo, Kahar Moezakar, Daud Brueh, PKI thn 48 di Madiun. Semua menjadi ancaman serius, tapi Alhamdulillah bisa ditumpas.

G30S 1965, yg akhirnya menelurkan Orba, dgn Soeharto sebagai rajanya. Tapi semuanya ada eranya.

Reformasi menurunkan Soeharto, menghadirkan 3 presiden masa transisi, sebelum akhirnya lahir lagi secara reinkarnasi orba dgn DNA baru di zaman SBY dgn sederet Mega korupsi yg sampai kini penyelesaiannya pakai janji dan mimpi.

Hadirnya Jokowi banyak tidak di kehendaki, memunculkan banyak orang iri dengki, tapi illahi menghendaki agar Indonesia bisa di benahi. Dan terbukti, walau masih banyak lagi yg harus terus di perbaiki.

Ada banyak orang dgn otak pemalak tapi sok suci. Kita sebut saja AR, GN, SP, dan kelompok oplosan yg sll hadir di tvOne. Semua itu kelas manusia sampah yg dirawat KI eksis dalam kebejatan akhlak menyerang kepentingan bangsanya.

Dalam letupan kecil sebagai selingan hadir sampah kebejatan lainnya seperti AAB, HRS, Khilafatul Muslimin serta sejenisnya.

Sebenarnya jujur kita juga menghadapi lawan dalam pertikaian, semua ada di lembaga seperti DPR yg sampai kini tetap mendua terhadap musuh bangsa yg nyata, yaitu para koruptor yg merata penyebarannya.

DPR sampai skrg masih tidak mau menyaksikan hukuman mati dan pemiskinan kepada koruptor. Penolakan ini jelas nyata karena sebagian mereka adalah koruptor juga. Hanya saja mereka berlindung dalam lembaga yg aman terjaga.

Sekarang kita sedang dipaksa menonton drama penuh rekayasa dgn sutradara Sambo, kepolisian sebagai institusi terseret makin dalam. Kebohongan menutup kebohongan terus dilakukan, mereka lupa dunia medsos makin terbuka, informasi bak kilat menyambar kemana².

Solusi penyelesaiannya ttp kejujuran dan niat memperbaiki, kalau kualitas polisi sudahlah, rakyat sudah tau isinya. Kasus Sambo sampai menyeret bgt banyak orang, karena kolega hrs di bela. Ini menandakan kejahatan disana sudah merata dan merajalela.

Banyak yg bertanya apakah Kapolri tidak tau sebenarnya, wallahu a’lam, karena kalau kolega lama kan tau sama tau isi perutnya.

Kita harus jujur berkaca bahwa Indonesia ini banyak di sandera oleh institusi negaranya sendiri. Lembaga penegak hukum, jual beli hukum, DPR jual beli UU, perizinan jual beli izin, jadi hanya kuburan saja yg bersih dari dosa tambahan karena sudah mati mapan.

Jadi Sambo itu simpel banget menyelesaikannya, asal polisi jujur. Kalau Baazir yg gak mau dgn Pancasila sumpel aja mulutnya, ntar juga mati nelangsa.

Intinya setiap peradaban disana bersanding kebenaran dan kejahatan. Termasuk negara pasti akan mengalaminya. Hanya saja tergantung kadar penyelesaiannya.

Kalau perlu semua lembaga dan institusi negara melakukan tobat nasuha. Bukan tobat tomat, abis tobat kumat.

Peluklah yg anda suka, nanti juga terasa, anda yg basah atau dia yg pasrah.

Semua butuh tenaga, baik buruk tergantung niatnya.

(Sumber: Facebook Biakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed