by

Siapa Menjemput Siapa

 

Kita hanya bisa menduga duga apa yang akan terjadi…

Sumitro Djojohadikusumo yang sebelumnya lari dari Jakarta dan bergabung dengan kelompok pembrontak PRRI / Permesta – dijadikan Menteri Pedagangan oleh Soeharto dan dia langsung membuka pintu asing. Ekonomi Indonesia memang pulih dari krisisnya, namun bersamaan dengan itu aset negara digadaikan kepada Amerika melalui perusahaan perusahaan tambangnya.

Maret 1967, setelah dilantik sebagai Presiden RI, Soeharto memerintahkan Ali Moertopo untuk menemui Sumitro di Bangkok. Setelah dibujuk oleh Adam Malik, Sumitro kembali dan keluarganya ke Indonesia, pada 29 Mei 1968. Dan langsung menuju Jl. Cendana disambut oleh Soeharto. Dalam susunan menteri Kabinet Pembangunan I, Mei 1968, Sumitro menjabat sebagai menteri era Orde Baru.

PASCA REFORMASI, Presiden Joko Widodo memanggil pulang Sri Mulyani Indrawati yang sebelumnya menjadi Direktur Pelaksana di Bank Dunia (World Bank) dan 27 Juli 2016, Rabu siang, Sri Mulyani benar-benar kembali ke Indonesia, kemudian mengisi posisi Menteri Keuangan.

Melalui Sri Mulyani, Indonesia mendapatkan banyak pinjaman dana untuk membangun infrastruktur dan memajukan negara ini hingga pelosoknya dan memantapkan diri sebagai Negara G-20.

Selain itu, secara pribadi sukses dia dua kali terpilih sebagai Menteri Keuangan Terbaik yaitu Menteri Keuangan Terbaik se-Asia tahun 2017 versi Finance Asia dan ‘The Best Minister in The World’ versi World Government Summit di Emirat Arab pada Februari 2018 lalu.

Menyusul Alcandra Tahar yang dipanggil pulang, dari AS untuk merebut kembali tambang tambang yang dikuasai asing. Profesional di bidang migas berusia 45 tahun itu – yang sudah lebih dari 20 di Amerika Serikat (AS) – dipanggil pulang oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggantikan posisi Sudirman Said.

Selain Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menkeu Sri Mulyani, sosok Arcandra Tahar dianggap berperan di balik suksesnya negosiasi Pemerintah Indonesia dengan PT. Freeport, sehingga memenuhi 3 syarat yang diminta Presiden Jokowi, yaitu divestasi 51%, membangun smelter dan pajak serta royalti ke negara harus lebih tinggi dari sebelumnya.

Lalu apa yang dijanjikan Prabowo kepada Riziek Shihab ketika dia pulang ke tanah air, nanti ? Apa yang bisa diharap dari kehidupan muslim Indonesia dengan kehadirannya kembali ?

Kita mengenalnya sebagai pemimpin ormas Islam radikal dan anarkis. Sering melontarkan ujaran kebencian – hinaan kepada tokoh tokoh nasional, institusi resmi, menista budaya lokal, anak buahnya kerap memaku pintu gereja, dan menghalangi umat non muslim beribadah.

Riziek berperan besar dalam gerakan menjatuhkan Basuki ‘Ahok’ Tjahaya Purnama – Gubernur yang telah memajukan Jakarta dan menjadikan Jakarta kota metropolitan dunia di abad 21.

Apa yang terjadi bila Riziek menjadi orang dekat Prabowo? Sebagai tokoh militan dan Islam garis keras, apa dampak kehadirannya terhadap Islam Indonesia yang puluhan tahun dikenal toleran, beragam, Bhinneka Tunggal Ika?

Apa dampaknya bagi Islam Nusantara?

Tidakkah kita belajar dari krisis di negeri Yaman – negeri leluhur Riziek Shihab – yang kini koyak moyak dilanda perang? Perangai kasar ala Yaman yang melekat padanya tidak cocok sebagai warga yang hidup dengan masyarakat beragam suku di negeri Indonesia ini.

Apa dia mau memindahkan konflik dan perang Yaman ke sini? Amit amit.

SESUNGGUHNYA banyak yang absurd dalam politik ekonomi yang dijanjikan Paslon 02 itu. Mereka menjanjikan adil dan makmur tapi bahkan mensejahterakan karyawan perusahaannya tak bisa. Didemo pegawainya sendiri. Perusahannya merugi.

Dia berjanji akan memajukan ekonomi – tapi perusahananya terlibat utang triliunan rupiah dan harus menyicil selama 20 tahun.

Dia mengeritik elite yang tak perduli rakyat – tapi dia sendiri bagian dari elite itu.

Dia menjanjikan kemakmuran bagi rakyat banyak – tapi menguasai ribuan hektar tanah untuk perusahaannya sendiri.

Dia dipromosikan sebagai tokoh yang sabar – tapi sudah terungkap, dia membentak bentak ulama dan menggebrak meja untuk mendapat dukungan politik baginya.

Bukan dia tokoh yang tak ada jasanya. Jasa besar pengusung 02 bagi Indonesia adalah mensponsori lahirnya pemimpin reformis seperti Joko Widodo dan Ahok.

Seharusnya tetaplah begitu – sebagai “king maker” di balik layar.

Pembina, pelatih dan atlet adalah pekerjaan dan tugas serta profesi yang berbeda – dengan sikap mental atlet berbeda. Jangan mencampur adukan.

Kita masih ada waktu, untuk memcegah agar kemungkinan buruk itu tidak terjadi.

Mari kembali ke posisi awal – melanjutkan pemerintahan sekarang – agar negara ini tetap dikelola oleh orang orang yang bekerja memakmurkan rakyat dengan pembangunan yang merata. Tetap dipimpin Presiden rendah hati yang mempunyai keluarga harmonis, tidak bermegah megah dalam penampilan, umbar janji palsu, dan mengutamakan kerja – kerja dan kerja.

Mari kita sama sama mencegah agar negara kita tidak jatuh ke pemimpin yang gemar main bentak – teriak dan menghardik pada rakyatnya.

Juga bersekutu dengan tokoh muslim radikal. ***

 

(Sumber: Facebook Dimas Supriyanto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed