by

Si Bunglon Cagub DKI

Saya fikir dia lebih kepada bunglon, menggunakan kamuflase sesuai lingkungan yang dia butuhkan. Menggunakan jargon-jargon yang disukai tergantung dari publik mana yang dia butuhkan dukungannya. Sekarang selubung itu sudah terbuka. Untuk menang dalam Pilgub Jakarta, Anies mengorbankan prinsip dan ideologi yg dia khotbahkan kepada khalayak dulunya seperti Merajut Tenun Bangsa dan merangkul jargon-jargon baru yang bertolak belakang dengan jargon sebelumnya. Anies bahkan mempunyai kemampuan untuk memutar balikkan fakta dan menciptakan fakta baru tanpa malu-malu (rapor DKI merah, APM Jakut lebih rendah dari APM Biak, menyingkirkan rakyat miskin, hasil kerja petahana adalah warisan dari dulu, dsb). Anies kehilangan intelektualitasnya dengan menutup mata terhadap penghargaan berbagai penghargaan yg diterima DKI, perubahan kasat mata yg terlihat gamblang di lingkungan DKI, perubahan sikap PNS DKI menjadi berorientasi pelayanan, dsb dan prestasi-prestasi lainnya. Intelektual harus mampu melihat sisi positif dan negatif, tetapi Anies memilih hanya melihat sisi negatif dan mikro, karena dia intelektual bunglon.

Artinya bunglon tidak punya prinsip, tidak konsisten, tidak berani melawan frontal tetapi mempertahankan diri dengan membuat kamuflase. Bunglon berubah untuk survival dirinya sendiri, bukan untuk prinsip dan ideologi dan bukan untuk kemaslahatan umat. Walaupun harus menipu publik.

Saya secara pribadi tidak bisa memaafkan, karena merasa ditipu setelah dia bergabung dengan FPI. Tulisan Merajut Tenun Bangsa itu adalah salah satu tulisan terindah mengenai kebhinekaan Indonesia, dan dia khianati begitu dia bersekutu dengan FPI.

Kalau dia dengan gampang meninggalkan prinsip dan ideologi yang dia khotbahkan dulu dan bersekutu dengan pihak yang saat ini menggerogoti prinsip dan ideogi yang dulu diperjuangkan, maka bukan tidak mungkin dia akan merubah prinsip dan ideologi yang dia jual sekarang untuk memenangkan Pilgub.
Kita perlu kritis bertanya:
1. Apakah dia akan mendukung FPI jika Rizieq minta agar Gubernur mengeluarkan Perda DKI yang mendukung NKRI bersyariah?
2. Apakah dia akan melawan anggota DPR DKI untuk menggolkan proyek-proyek tertentu yang sebenarnya bertentangan dengan prinsip yang dia anut demi mendapatkan dukungan DPRD untuk RAPBDnya?
3. Apakah dia akan mengembalikan dukungan finansial kepada ormas-ormas yg mempromosikan eksklusivitas SARA dan melakukan tindak kekerasan?
4. Apakah dia akan tetap konsisten tidak menggusur, tidak merelokasi, menghentikan reklamasi padahal situasi lapangan tidak memungkinkan dan menghadapi resiko dilengserkan dan gugatan di pengadilan?
5. Pertanyaan yang paling besar buat saya, walaupun dia anti korupsi, tetapi dengan rekam jejak Anies yang bunglon, apakah dia mampu melawan mafia anggaran, mafia tanah dan mafia pembangunan lainya?
6. Sebagai bunglon, Anies akan memberikan janji apapun kepada warga DKI untuk terpilih sebagai Pilgub, tetapi adakah garansi bahwa janji itu akan dipenuhi begitu dia terpilih sebagai Gubernur, karena bunglon pasti tidak konsisten.
7. Apakah dia mampu untuk menerapkan terobosan-terobosan dalam membangun Jakarta dan memenuhi kebutuhan rakyat DKI dengan kemampuan anggaran dan peraturan pemerintah yg sangat mengikat?

Akhir kata, apakah seorang bunglon mampu memimpin Jakarta?

Sumber : Status Facebook Emmy Hafild

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed