by

Selamat Idul Fitri, Pak Amien

 

Enak saja mereka asal tuduh tokoh besar seperti Bapak, apa mereka tidak mengenal Bapak sebagai tokoh reformasi yg bisa membuat negeri ini hitam putih atau belang2, apa mereka gak pernah nonton tivi kalau pas ada demo Bapak ikut orasi kadang Bapak sampai memanjat truk persih kayak Ahmad Dhani, itu jaksa alay juga, sembarangan mbacot, uang seujung kuku item gak layak jadi mainan Pak Amien, kalaupun mau bermain bukan kelas kacangan yg dimainkan, masaklah ex Komisaris Freeport dihargai 600 jt, T E R L A L U, tapi ngomong2 itu jaksa kesurupan atau hakimnya yg belum minum obat, tapi biar saja Pak agar rakyat Indonesia tidak lupa kacang ama kulitnya, mereka harus ingat Pak Amien, Gusdur saja bisa digusur, apalagi cuma KPK kecil kalilah, kalau Pak Amien mau tinggal niup saja selesai, apalagi FH sudah pasang badan buat Pak Amien, Wakil Ketua DPR yg fenomenal ini pasti disegani rakyat, jadi kalau Bapak perintah dan FH yg jalan, selesai barang tuh Pak, selesai.

Saya lihat perpaduan kekuatan Bapak dan FH ini kalau disatukan bisa jadi kekuatan dahsyat, FH kalau jadi presiden akan memberangus koruptor dalam waktu 1 thn, walau dia ngotot mengetuk palu tanpa rasa malu memaksa hrs ada angket KPK, rasa candanya memang lumayan ada, apalagi kalau ditulis dalam buku strategi anti korupsi dan Bapak lagi yg memberi kata pengantar pasti akan lebih CETAR, tidak perlu dibedah di Gedung MPR, dibedah diemper-an toko saja pastilah akan membahana isunya apalagi Bapak ada disana.

Ngomong2 waktu BN ke istana apa tidak minta restu Bapak, kok kami dengar Bapak memanggil mereka, mulanya kami was2 kalau Bapak sampai lepas, tapi syukurlah ternyata Bapak masih mengontrol mereka krn Bapak adalah ketua presedium alumni 212 yg bersejarah itu, dan itu kami tau dari teman2 media. Jujur Pak saya agak curiga ke istana itu inisiatif siapa, berani2nya mereka, kalau sampai mengesampingkan Bapak, anak2 muda bau kencur mau coba bermanuver dibelakang Pak Amien, bisa wassalam mereka, kali ini Bapak tidak usah pakai nazar, kalau ketauan macam2 Bapak kepret saja selesai mereka, wasalam, beku mereka.

Pak, Pak..kalau boleh tau saat umrah kemarin bareng yg lain dan foto2 ama HRS ada diskusi apa ya Pak, karena stlh itu ramai isu rekonsiliasi dan abolisi yg digagas Yusril, pengacara kondang tapi sll salah kandang, apa menurut Bapak kasus hukum bisa direkonsiliasi, pencocokan istilah kerennya, bgmn hukum bisa ditegakkan kalau semua bisa dikalkulasi dan dicari2 utk dicarikan solusi, lama2 jaksa dan hakim bisa berat bokongnya kayak domba dikebiri, inilah yg tidak ada kompromi dari Jokowi, isu Basuki yg katanya diintervensi malah ternyata dibiarkan masuk terali besi, shg sdh bisa ditebak bhw usaha rekonsiliasi dan abolisi akan jadi ilusi, boro2 terealisasi, senyumpun Jokowi sudah tak mau lagi.

Selain ngobrol politik, doa apa yg Bapak mintakan kpd Tuhan atas kondisi negeri yg Bapak cintai ini, sebagai tokoh Bapak pasti mendoakan yg terbaik utk Indonesia, atau Bapak masih marah kepada Jokowi karena dia tidak menuruti beberapa saran Bapak, kenapa Bapak kok kelihatan sebel apa karena beliau tukang mebel, bukan dari kalangan akademisi atau politisi, tapi kan Bapak tdk bisa pungkiri bhw Jokowi bukan priyai nmn bisa kerja dgn teliti, walau dia bisa nyanyi tapi dia gak pengen rekaman krn dia tau jd presiden itu tanggung jawabnya, dan butuh nyali yg besar, bukan malah badan yg mekar.

Pak Amien, dalam suasana Idul Fitri dan kesempatan menyucikan hati kami berharap Bapak juga bisa ikut menambah nilai pengabdian utk negeri, hilangkan rasa marah dan benci kepada Jokowi karena dia adalah presiden RI yg datang dan dipilih rakyat negeri ini bukan datang sendiri meminta2 dengan gaya naik kuda. Sebagai mantan tokoh, tak elok Bapak terus mengumbar amarah kok kesannya jadi tokoh sumpah serapah, sehingga julukan sengkuni yg selama ini disandangkan kepada Bapak memang terbukti.

Pak Amien, kami ini cuma secuil fuzzel yg tidak berarti, tapi kami sebagai rakyat tidak mau melepas harga diri, walau kami jauh dari hiruk pikuk politisi tapi kami jauh dari niat utk mencuri, banyak contoh ketidak baikkan dari orang2 yg mengaku suci, tak taunya mereka keji dan tak mampu menjaga diri, apakah Bapak akan mempubikasi bahwa Bapak juga masuk golongan yg pengen rekonsiliasi walau tak sampai minta abolisi, amit2 pak, kelas tokoh besar kok ikut nyasar keruang gersang yg cuma garang dibelakang, begitu diminta polisi utk datang, eh dianya terbang gak pulang2.

Berulang saya sudah menulis ttg Bapak, karena ibarat fuzzel Bapak adalah kepingan yg terlepas, harapannya Bapak bisa kembali, sehingga gambar Indonesia utuh tidak cuma riuh karena hati kita terus bergemuruh membuat rusuh. Saya pengen stigma yg melekat pada Bapak sebagai sengkuni bisa disudahi dengan sedikit rendah hati bukan terus minta dihargai apalagi dengan cara2 tak terpuji.Jadilah pengabdi, bukan jadi sengkuni, karena sekelas tokoh reformasi tidak perlu terus unjuk gigi, kalau itu terus dilakukan lama2 jadi tidak bergigi dan tetap menyandang sebagai sengkuni lagi.

Hari fitri ini adalah hari yg kita nanti setahun sekali, apakah kita masih bertemu lagi cuma Allah yg tau, kalau pemutihan hati bisa kita lakukan tahun ini, insya Allah tahun depan tak ada lagi istilah sengkuni, Bapak bisa jadi Gatot Kaca, Walkudoro, Arjuna, atau apa saja yg Bapak suka, tidak perlu bernazar karena gerombolan nazar indonesia itu sdh layu tak satupun yg melakukan nazarnya.

Indonesia tidak perlu nazar, kita butuh nyali besar, karena kita bangsa yg besar, menuju era dimana kita bisa bicara : Kami Indonesia ras Asia, kami mampu untuk maju menuju kejayaan yg nyata bukan cuma retorika karena kami kerja, kerja. Jokowi Indonesia yg sebenarnya, bukan Indonesia yg pura-pura.

# INDONESIA BERFITRI.

 

(Sumber: Facebook Iyyas Subiakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed