by

Saat BOR Mulai Turun

Oleh : Sahat Siagian

Banyak orang merasa skeptikal dengan BOR, rasio keterpakaian tempat tidur, yang melandai secara gradual. “Itu bukan karena jumlah infeksi Covid-19 turun tapi karena pemerintah berhasil menambah ketersediaan kamar,” kata para bacot bau-gak-gosok-gigi melontar omongan tak putus karena cuma itu cara merawat eksistensinya yang mulai gosong dihajar matahari.

Kadang saya malu berkawan dengan mereka. Orang tidak sakit karena tidak terpapar, atau terpapar namun kemudian sembuh. Untuk hal pertama, peran pemerintah terhitung pasif. Untuk hal kedua, peran pemerintah terbilang sangat penting dan vital. Bukan cuma ketersediaan ruang perawatan yang nyaris kolaps, itu juga termasuk ketersediaan tenaga kesehatan, obat-obatan, dan banyak hal lain.

Penurunan BOR layak kita sematkan kepada perjuangan dan keberhasilan pemerintah. Selama sepekan terakhir jumlah kasus sembuh harian jauh lebih tinggi daripada jumlah kasus baru harian. Itu bukti tak terbantah. Mau “menteri segala urusan” pun kau bilang LBP, saya gak peduli. Yang jelas angka-angka membaik. Tak keliru jika Presiden Jokowi, meski sudah dijewer Megawati, memberikan jabatan baru dalam urusan sekian danau utama negeri ini.

Adab kita memang buruk dalam bermediasosial. Pekan lalu saya menulis agar pemerintah maju ke depan mengacungkan Vaktara, vaksin Nusantara ke meja dunia. Vaksin itulah yang diyakini bakal mengakhiri semua pandemi–mau seperti apa pun virusnya. Eh tulisan saya diserang habis2an. Saya diamkan karena:: (1) menyerang vaksin Nusantara tanpa sedikit pun punya pengetahuan tentang vaksin (2) menuding bahwa Vaktara akan berbiaya mahal padahal gak ngerti apa-apa. Macam-macam alasannya.

Mereka sama sekali gak mudheng apa yang direncanakan Terawan sehingga karena itu beberapa staffnya meyakini bahwa Vaktara hanya berbiaya di bawah 200rb rupiah per orang. Itu jelas jauh di bawah, bahkan, Sinovac, dengan tingkat efikasi setara Pfizer bahkan lebih. Dan hanya single dose semur hidup. Amerika sudah memutuskan untuk menyuntik rakyatnya dengan dosis ketiga. Perlahan tapi pasti, efikasi Pfizer atau Moderna merosot bersama waktu.

Selama Covid-19 masih meneruskan dirinya, orang harus divaksin setahun sekali. Mau sampai kapan? Berbeda dengan Vaktara yang sekali seumur hidup. Berlawanan dengan cericit tolol orang-orang pandir, beberapa orang sudah mendatangi Terawan langsung minta disuntik Vaktara. Berapa biayanya? Cuma Rp. 800.000. Efikasinya? Sesorang relawan Vaktara terbuktikan terpapar strain D. Lalu? Orang itu tidak menderita sakit apa pun. Haccim aja enggak. Apalagi yang musti ditunggu?

Sumber : Status Facebook Sahat Siagian

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed