Oleh : Athoillah Isvandiary
Hiruk pikuk politik dalam dua hari terakhir ini menurut saya adalah sebagian kecil saja dari dampak negatif (?) aturan presidential treshold 20% yang DNA nya saja tidak mencerminkan demokrasi itu sendiri.
Akhirnya, muncullah aliran politik yang “melakukan cara apapun untuk mencapai tujuannya” yang sering disebut sebagai “realpolitik” atau “realisme politik.”
Prinsip realisme politik ini mengacu pada pendekatan pragmatis dalam politik yang menekankan pada pencapaian tujuan-tujuan politik, meskipun kerap harus tanpa memperhatikan pertimbangan etika atau moralitas yang ketat.
Dalam realpolitik, tindakan apapun yang dianggap perlu untuk menjaga atau meningkatkan kekuasaan dan kepentingan kelompok politik dapat diterima, bahkan jika itu melibatkan taktik atau strategi yang kontroversial atau tidak etis.
Tentu saja pendekatan ini sering dikritik oleh pihak-pihak yang (merasa) mengutamakan etika dan nilai-nilai moral dalam politik (emang ada?), atau pihak yang akhirnya kalah.
Tapi yang jelas, bagi rakyat, harus sadar, janga naif lah, bahwa kalau yang namanya politik, kepentingan rakyat itu memang cuma komoditas. Jualan.
Yang riil adalah kepentingan kelompok.
Sumber : Status Facebook Athoillah Isvandiary
Comment