Oleh : Rinny Mirrary Ermiyanti
Doktor Rizal Ramli yang terhormat,
Bikin hujan buatan beda jauh dari bikin kue (saya analogikan dgn kue karena saya emak-emak). Untuk membuat kue bisa dilakukan kapan saja asalkan niat. Prosedur untuk membuat kue (katakan bolu) gampang (menurut saya). Cukup dengan mengocok telur, kocok mentega dan gula, lalu ditambahkan terigu, lalu dipanggang, dan bolu pun siap dinikmati. Namun, bikin hujan buatan gak bisa begitu.
Bikin hujan buatan bukan cuma dengan menaburi garam ke langit, lalu tiba-tiba terbentuk titik air hujan. Tidak juga dengan cara memindahkan awan dari antah berantah. Hujan buatan itu bukan dengan menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, melainkan “cuma” proses rekayasa dengan mempercepat pembentukan hujan. Mirip-mirip proses memeram mangga muda. Kalau kagak ada mangganya, apa yang mau diperam?
Syarat membuat hujan buatan itu,
1. Harus ada awan kumulus yang tebal. Awan yang tipis ngga cukup mengandung butiran air.
2. Arah dan kecepatan angin yang tepat.
Kedua hal ini ngga bisa dibikin oleh manusia walaupun punya teknologi HAARP sekalipun.
Kalau saat ini di langit Jakarta sudah terbentang awan kumulus yang memadai, TNI AU sudah siap menyemai awan agar menjadi hujan. Rencana itu sudah ada sejak pekan lalu. BMKG tinggal kasih lampu hijau, berangkat mereka.
Lah, awan di atas Jakarta beberapa hari belakangan tuh tipis banget. Ditaburi garam berton-ton pun proses kondensasi ngga akan berjalan untuk menghasilkan presipitasi hujan.
Saya maklum kalau ‘orang ekonomi’ ngga ngerti hal kayak gini, tapi bisa gugling kan sebelum nyetatus?
Sayang loh gelar doktornya kalau riset remeh begini dilupakan
Sumber : Status Facebook Rinny Mirari Ermiyanti
orang GR seperti RR mah ngertinya cuma njeplak ga karuan, ngurusin ekonomi yg bidangnya aja amburadul apalg sok komen cuaca.
anggap aja kentut.
bau doang tapi useless.