by

Politisasi Agama Hancurkan Nasionalisme dan Budaya

Oleh : Tito Gatsu

Kita bisa melihat beberapa negara di Timur Tengah dalam waktu sekejap bisa luluh lantak , semua karena poltisasi agama . Keadaan yang sudah luluh lantak tersebut tidak mungkin bisa dikembalikan dalam waktu singkat memakan waktu berpuluh- puluh tahun karena kerusakan multi dimensi dari mulai ekonomi, politik , budaya bahkan pendidikan dan akhlak perilaku manusianya , lalu siapa yang diuntungkan dengan peristiwa tersebut? Tentunya para penguasa yang menang karena setelah mereka kaya mereka bisa lari kemana saja dengan kekayaan yang sudah mereka rampok dari bangsanya sendiri yang kedua tentu pihak asing yang merupakan negara kapitalis memanfaatkan kekacauan dinegri tersebut, contohnya Amerika Serikat dan China atau Rusia mereka bisa bekerja sama dengan pemerintah setempat dengan komitmen sepihak dan mengambil keuntungan secara maksimal , seperti Amerika Serikat di Irak dan Lybia , Rusia di Syria serta China di Afghanistan pada akhirnya negara yang mendambakan kejayaan islam tetap mengemis kepada negara kapitalis para penikmat dari politisasi agama itulah yang disebut para bajingan.

Indonesia sebenarnya mungkin adalah negara yang sangat panjang mengalami politisasi agama . Lalu kenapa Indonesia tidak seluluh lantak mereka ? Budaya Indonesia itu tinggi dan uniknya budaya Indonesia mampu bertoleransi dengan agama apapun yang berkembang di Indonesia karena mereka tetap menjaga budaya leluhurnya dan agama yang datang justru akan beradaptasi dengan budaya lokal Perbedaan agama dan etnis mungkin terkait. Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi mereka berbeda dengan kebanyakan muslim yang ada di dunia manapun bangsa Indonesia mempunyai ciri sendiri yang mengadopsi dengan budaya lokal. Karena menganggap agama adalah ciri kemajuan peradaban tanpa meninggalkan budaya leluhur .

Oleh karenanya Kebijakan Pemerintah Belanda mengizinkan penyebaran agama oleh Protestan dan Katolik di antara kelompok-kelompok terpisah yang mengikuti agama-agama tradisional; jadi saat ini banyak kelompok etnis secara eksklusif beragama Protestan atau Katolik Roma. Mereka sangat terwakili di antara masyarakat hulu atau dataran tinggi di Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil bagian timur, meskipun banyak orang Kristen juga ditemukan di Jawa dan di antara orang Cina. Agama Kristen dan katholik bisa diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Bisa dilihat bahwa agama yang ada di Indonesiapun secara umum. sangat berbeda dengan dibelahan dunia lainnya. Pada umumnya sudah sejak jaman dulu masyarakat Indonesia menjunjung tinggi budaya dan kemanusiaan bergandengan erat dengan agama,

Misalnya Islam Indonesia berbeda dengan islam yang ada di tanah Arab walaupun lebih banyak mengadopsi faham suni tapi mereka berbeda dengan suni yang ada di Timur Tengah bahkan ada beberapa faham syiah yang juga diakomodir dalam Islam Indonesia, misalnya peringatan 1 sura dikerajaan- kerajaan di Jawa perayaan tersebut dinamakan sekatenan , kebiasaan mengadakan tahlilan dan yasinan dalam ritual tertentu , karena penganut islam Indonesia lebih cenderung menganut ajaran Sufisme yang mengajarkan tauhid atau keeaaan Allah dan pembentukan akhlak secara pribadi. begitupula agama Kristen dan katholik di Indonesia berbeda dengan di Eropa kita bisa melihat di tanah batak atau larantuka misalnya mereka masih menghargai dan mengadopsi budaya leluhur begitupula agama Hindu di Bali berbeda dengan agama Hindu yang ada di India begitu juga agama Budha, Budha di Indonesia berbeda dengan Budha dari India maupun tiongkok. Jadi penyatuan wilayah di Indoneaia sebetulnya banyak dipengaruhi oleh keterikatan kesamaan budaya dan jarang sekali terjadi pertikaian agama kecuali proses islamisasi pada abad ke 17 oleh Raden Patah itupun terjadi perdamaian kembali walaupun masyarakat Hindu majapahit mengalah dan banyak berpindah ke Bali , pegunungan Tengger , Blambangan dan di daerah Banten Kuno.

Pada Abad ke 19 mulai banyak.pemberontakan kaum.nasionalis terhadap pemerintah Belanda terutama diwilayah – wilayah islam Belanda justru mulai memecah belah umat islam dengan mendatangkan Wahabi dari Mekah dan tokoh yang paling populer ketika itu adalah Snouck Hurgronje sebagai arsitek pemecah belah umat islam di wilayah Sumatera Perang Padri , Perang Aceh hingga Jawa bahkan sebelumnya pada masa Perang Diponegoro pemerintah Belanda mengadu domba antara islam puritan dengan Wahabi. Nah kejadian inipun berulang ketika Indonesia Merdeka dimana kelompok.Islam kafah yang menginginkan indonesia menjadi negara khilafah dipimpin oleh Soekarmaji Kartosuwiryo menolak Pancasila dan menginginkan berlakunya Piagam Jakarta mendirikan DI /TII dibantu oleh pemerintah Belanda dan banyak menguasai wilayah Jawa Barat untuk melawan pemerintah Republik Indonesia pemberontakan DI/TII bisa dilumpuhkan pada tahun 1962 ketika itu yang menjadi Mentri Pertahanan seorang Kyai NU K.H. Idham Chalid dan Panglima Silihwangi Kolonel Ibrahim Adjie. Begitu pula pada tahun 1958 – 1961 terjadi pemberontakan PRRI dan Permesta oleh partai Masyumi di wilayah Sumatera yang dipimpin Kahar Muzakar dan Syarifuddin Prawiranegara yang dibantu oleh Amerika Serikat mengingunkan berdirinya negara islam.

Pada tahun 1965 ketika terjadi peristiwa G30 S PKI para milisi tentara islam tersebut justru dibebaskan oleh Jendral Suharto yang kemudian menjadi presiden Indonesia dan dimanfaatkan membantu dan dipersenjatai militer untuk membantai anggota PKI yang tidak bersenjata oleh karenanya tidak mengherankan jika di Jawa Barat dan Sumatera Barat menjadi basis PKS karena pendiri PKS Hilmi Aminuddin adalah putra Danu Muhammad Hasan, satu dari tiga tokoh penting Darul Islam (Tentara Islam Indonesia) pimpinan Kartosoewirjo. Akhirnya setelah orde baru berkuasa para milisi DI TII ini mendapatkan porsi baik dipemerintahan maupun di Parlemen dan ditampung oleh partai Golkar untuk mengkuningkan suara islam melawan Islam puritan atau basis NU yang nasionalis yang disatukan dalam PPP. Jadi radikalisme dan intoleransi sebenarnya sudah dibina Orde Baru sejak lama karena Orde Baru butuh manajemen konflik untuk memecah islam pada saat itu bahkan PPP pun turut di obok- obok dengan memasukkan unsur Parmusi yang merupakan partai bentukan Orde Baru (Partai Masyumi Baru) yang pengurusnya beberapa aktivis HMI yang saat itu dirangkul Orba, untuk menjatuhkan Sukarno seperti Ridwan Saidi dan Jaelani Naro.yang tentu saja tidak akan sejalan dengan NU dan Muhammadiyah.Orde Baru memang merangkul. islam.garis keras untuk melawan Islam tradisional yang nasionalis beruntung sampai saat ini NU bisa terus menjaga budaya dan nasionalisme.

Karena nasionalisme Indonesia lahir dari kesatuan dan kesamaan budaya maka cara yang paling ampuh untuk mematahkan kekuatan ini adalah dengan merobah budaya dengan agama karena rezim militer Orde Baru dibidani oleh mantan tentara KNIL atau tentara Keeajaan Belanda (Suharto adalah mantan tentara KNIL ) apalagi didukung CIA maka politik pecah belah dan religion conflict banyak meng copy paste dari politik devide et empera Pemerintah Belanda yang pada akhirnya karena mereka mempunyai kekuatan militer setiap konflik menimbulkan alasan menjaga Pancasila dan akan diselesaikan dengan kekerasan , seperti DOM Aceh, peristiwa Tanjung Priok. Talang Sari dan lain sebagainya. Jadi pemerintah Orde Baru tidak begitu perduli dengan perubahan budaya justru agama impor yang bersebrangan dengan islam tradisional akan dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaan bisa dilihat sekarang bagaimana para penerusnya terus memecah belah bangsa dan inilah sebenarnya bibit penghancur budaya dan nasionalisme.

Tidak bisa dipungkiri Indonesia mengalami kemunduran dari Berbagai bidang yang berkaitan dengan moral , dari mulai nasionalisme kebangsaan , budaya , pendidikan bahkan kemajuuan wawasan dan kebebasan berpikir masyarakatnya . Mungkin satu satunya Negara didunia yang rakyatnya banyak menolak pembangunan infrastruktur , mendapatkan fasilitas pemerintah seperti vaksin Covid 19 , anti Komunisme serta mengutamakan kepentingan golongan dibandingkan kepentingan Nasional Itu semua karena kebodohan yang terus dibina dan digaungkan oleh para elit politik korup yang menjadi antek asing . Gerakan dalam negeri untuk menciptakan situasi kacau tak lain adalah bagian dari proxy war yang sudah di laksanakan sejak Pemilu 2014 dan mendatangkan hasil ketika menjatuhkan Ahok dan mengangkat Anies Baswedan dan terus berlanjut hingga hari ini. Proxy war ini merupakan smart power dengan membentuk pion pion dari berbagai kalangan untuk menciptakan opini permusuhan kepada pemerintah.

Apalagi ketika Jokowi naik kedua kalinya sebagai presiden gerakan proxy war semakin kencang. Karena mereka sudah biasa dengan kehidupan mapan terutama militer dan kaum intoleran yang biasa dimanjakan orde baru dan lebih dimanjakan lagi pada era SBY selama 2 periode karena hanya dijadikan sarana untuk memperoleh konsituen atau dukungan politik. Tanpa dipikir panjang gerakan intoleran yang mengadopsi islam import langsung dari negara Arab , seperti Wahabi, Ikhwanul Muslimin dan HTI bergerak ke kampus-kampus melakukan program perubahan budaya mereka bergerak masif kesekolah- sekolah dan perguruan tinggi karena pada era kehancuran faham komunis mereka harus mencari kembali musuh imajiner untuk melawan nasionalisme , jalan paling mudah adalah dengan cara merubah budaya dengan melawan Islam puritan (NU) dan kaum nasionalis (PDIP) Gerakan ini dinamakan liqo-liqo melalui tarbiyah atau Pendidikan islam dengan misi membawa islam yang murni islam yang sudah lama di Indoneaia dianggap abangan, dianggap bid’ah bahkan musyrik karena gerakan ini bertujuan menghadapi NU yang selalu konsisten menjaga nasionalisme dan budaya.

Mereka masuk melalui gerakan tarbiyah kesemua perguruan tinggi di Indonesia dan sekolah- sekolah apalagi di era reformasi banyak sekolah yang mendasrkan kepada pendidikan islam yang dibina oleh PKS , saya sudah jelaskan di awal bahwa orde baru sangat ahli membuat manajemen konflik dimana setiap kerusuhan sebenarnya disutradarai oleh pemerintah sendiri kemudian pemerintah menurunkan militer sebagai penengahnya atau menggambarkan bahwa tanpa militer atau Suharto Indonesia itu lemah dan ini berlanjut hingga masa reformasi FPI dipelihara oleh para political mainstrean dan membuat kekacauan dibebeberapa wilayah seperti Aceh, Maluku, Poso, dll kemudian pemerintah masa SBY melalui Jusuf Kalla tampil sebagai tokoh perdamaian. Daerah – daerah yang punya banyak potensi intelektual seperti Jawa Barat dan Sumatera Barat , seperti kita ketahui Sumatrra Barat adalah daerah yang dilemahkan nasionalismenya oleh rezim orde baru karena dari daerah ini lahir tokoh-tokoh nasionalis sejak jaman kemerdekaan, seperti Mohamad Hatta , M.Yamin , Chaerul Saleh, Tan Malaka, dll

Penghancuran nasionalisme di Sumatera Barat sangat masif masyarakatnya lebih banyak diarahkan untuk lebih berpikir secara agamis dengan islam import yang cenderung intoleran. Jaga terus kebhinakaan tingkatkan nasionalisme dan faham agama dengan akal sehat jangan percaya ulama pemecah belah bangsa, merdeka !! Salam Kedaulatan Rakyat.

Sumber : Status Facebook Tito Gatsu

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed