by

Persepsi Anak

Oleh : Fauzan Inzaghi

Seorang anak ketika kecil didoktrin bahwa tuhan itu maha besar, bayangan anak kecil tentang besar itu tidak mungkin terlepas dari materi, begitu juga dengan bayangan tuhan yang kuat dianggap kuat seperti difilm-film, akhirnya ketika besar bayangan tuhan dalam pikirannya adalah makhluq yang sangat besar yang mampu melakukan segalanya, nah

jika tidak diperbaiki atau dibahas lebih lanjut maka sampai besar dia akan terus membawa bayangan tuhan masa kecilnya. Nah disinilah pembahasan kalamiyah yang katanya “kuno” itu akan selalu dibahas, selama manusia masih terus mencari tuhan maka pembahasan ini selalu penting.

Dan masalah ini tidak hanya berlaku zaman adam dan zaman aristoteles, dan tidak terbatas di cina dan arab, tapi seluruh orang didunia yang berbicara tentang tuhan pasti menghadapi masalah yang sama, karena selamanya manusia tetaplah manusia, makanya sampai detik ini masalah ketuhanan masih terus dibahas, dan jadi perbincangan di seluruh dunia, dan menempati salah satu pembahasan paling penting dalam ilmu filsafat, baik bagi yang percaya dengan tuhan atau tidak, jadi bukan hanya umat islam yang menyibukkan diri pada pembahasan “ribuan tahun lalu dan itu-itu aja”, dipusat peradaban dunia seperti eropa atau amerika perdebatan masalah ketuhanan masih terus berlanjut

Jadi pernyataan “amerika udah sampai ke mars dan kita masih membahas maslaah yang udah dibahas ratusan tahun lalu, udahlah jangan diperdebatkan lagi” itu agak konyol, karena negara yang naik kebulan itu juga masih mencari tuhan mana yang benar, dan bahkan punya organisasi dan lembaga khusus baik resmi seperti universitas atau diluar itu yang masih memperdebatkan masalah ketuhanan, karena pembahasan ini tidak akan pernah mati. Makanya para nabi terus di utus dari waktu ke waktu, karena apa? Memperbaiki dan mengarahkan manusia pada zamannya yang telah melenceng dari pemahaman mereka tentang ketuhanan.

Dan masalah yang dihadapin juga sama atau mirip lah, karena pada akhirnya manusia tetap manusia dan akal manusia tetap akal manusia, hanya saja penampilan luar berbeda, ada yang menganggap tuhan itu memiliki bentuk materi mulai dari level musyabihah, mujasimah, bahkan wasaniyun(penyembah berhala) dan dari dulu sampai sekarang ada, ada juga yang menganggap tuhan itu tidak ada dari dulu sampai sekarang ada, ada yang menganggap bahwa tuhan itu bisa menjadi makhluq tertentu dari dulu sampai sekarang ada, ada yang mengatakan bahwa semesta ini adalah tuban sendiri itu juga sama, ada yang mengatakan bahwa tuhan bersatu dengan kita dari dulu sampai sekarang juga ada, dll dan masalah itu masih terus diperdebatkan dan diyakini dan dibela. Gak ada yang berbeda karena manusiaa tetap lah manusia.

Nah sebagai penerus tugas kenabian yang salah satu tugasnya adalah mengingatkan dan memperbaikimanusia yang salah paham tentang tuhan dan menunjukan jalannya, maka para ulama islam dibebankan untuk mdeneruskan tugas nabi untuk menunjukan jalan yang mengenal tuhan yang haq. Jika ada kesalahan pada seorang dalam memahami tuhan maka akan diperbaiki dengan cara yang diwariskan para nabi, dalam proses perbaikan itu maka jika ada perdebatan itu hal yang wajar, kenapa harus sensi kepada sebuah proses berfikir? Apalagi dihubungkan dengan naik ke mars, bahkan jika manusia naik ke mars sekalipun maka pembahasan ini akan terus berlanjut dengan orang yang berbeda, karena setiap manusia dalam hidupnya mesti memutuskan akan bertuhan atau tidak, atau menemukan tuhan yang sebenarnya atau tuhan yang salah yang cuma ada dalam bayangannya.

Makanya jika melihat debat ketuhanan ya gak perlu baper, ambil pelajaran kalau memang ingin nambah ilmu atau tinggalkan kalau memang menurut anda tidak penting, ya karena manusia memang butuh pada masalah ini, tapi nyinyir pada yang berdiskusi dalam masalah ini sampai bawa-bawa planet mars ya itu konyol, Silahkan saja anda jadi astronot ke planet mars bahkan planet namec sekalipun. Bisa jadi disana picolo dan dende lagi diskusi juga masalah siapa yang menciptakan planet namec. Disana bisa jadi juga ada paham mujasimah, hulul, dll. Karena manusia selamanya manusia tetap manusia. Mereka selalu ingin tahu tentang hakikat kehidupan, jika hakikat alam ini memang benar tuhan itu ada apa yang harus dilakukan, dan jika tidak ada apa yang harus dilakukan, jika tuhan ada bagaimana kalau aku salah dalam mengenal tuhan. Atau jika tuhan tidak ada aku ngapain?

Karena itu pertanyaan besar filsafat itu tiga, manusia selalu menanyakan hakikat tiga hal ini, mereka gak akan puaz jika gak menemukan jwabannya, bahkan jika menemukan jawabannya tapi bukan jawaban yang benar maka dia akan selalu bingung karena ada yang mengganjal daalam pikiran dan hatinya. 3 pertanyaan itu adalah:

Asalku itu darimana?

Apa yang harus kulakukan selama hidupku?

Kemana aku setelah mati nanti?

Pada akhirnya manusia tetap manusia. Selama mereka manusia perdebatan ini adalah sebuah kewajaran.

Sumber : Status Facebook Fauzan Inzaghi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed