by

Pers Oposan

Oleh : Erwin Rabbani

Pers menjadi oposan Oposan merambah pers. Disaat itulah yang disuguhkan hanya dagelan politik recehan yang sama sekali tidak lucu, dan hanya akan memeras energi masyarakat, yang berbuah kedengkian serta kegaduhan.Seharusnya dalam kondisi sekarang ini, pers dapat memberikan kontribusi nyata dari sisi informasi, data dan artikel yang menyejukan, bahkan bila memungkinkan yang solusif, dus bukan sebaliknya yang bernada pesimistis. Bila hanya mendorong pemerintah mengaku salah, lalu didorong meminta bantuan negara lain.

Tentulah tidak komprehensif, karena tidak sesederhana yang dibayangkan awam.”Salah satu persoalan hingga rumah sakit pada kewalahan, itu karena masyarakat banyak yang bandel, ditambah yang tidak percaya covid, plus ada yang ikut berkubang di air keruh. Andai disikapi dengan keras, pasti akan teriak otoriter. Sekarang saja sudah dibilang dzolim. Belum lagi kepala daerah yang tak kooperatif, malah sibuk dengan urusan lainnya.”

Apakah TEMPO lupa bila hal ini adalah persoalan global, dan bukan hanya Indonesia? Mereka pun sama memerlukan bantuan. Atau TEMPO mau ikut-ikutan oknum BEM? Tak usahlah bicara dunia. Di Asia Tenggara saja, bukan hanya Indonesia yang mengalami lonjakan tinggi Covid-19, tapi ada 4 negara.

Begitu pun dari sisi ekonomi, yang terdampak keganasan Covid-19 paling parah adalah Malaysia. Perekonomian Malaysia tercatat terkontraksi sekitar 17,1% secara tahunan (YoY). Lalu disusul Filipina dan Singapura.”Solusi itu seperti ini misalnya. Pertama, buat rumah sakit darurat sebanyak mungkin dengan memanfaatkan Gelora Bung Karno dan sewa Hotel-hotel yang tingkat huniannya sedang rendah sekali. Kedua, koordinasikan dengan fakultas kedokteran dari berbagai perguruan tinggi untuk membantu Tim Inti. Ketiga, semakin perketat Prokes dengan menerjunkan semua kekuatan TNI dan Polri.”

Adapun untuk oksigen sudah mulai dibantu dari BUMN, perusahaan-perusahaan yang investasi di Indonesia, dan segera menyusul dari Singapura. Kemudian mafia obat segera diberantas, dan harga obat-obatan dipatok, agar tidak terjadi lagi kelangkaan. Jangan lupa bahwa pemimpin besar itu hadir sebagai pejuang yang tak mudah menyerah, pelindung bagi rakyatnya yang lemah, dan akan sekuat tenaga mencari solusi, agar bisa keluar dari persoalan lewat cara yang hati-hati.

Bukan pesimis, lalu ngemis. Bukan pecundang yang hanya bisa berdendang di saat senang, tapi lari tunggang langgang saat diserang.”Di luar negeri, oposisi bersatu mencari solusi. Di dalam negeri justru berlomba nyinyirisasi. Kura-kura dalam kolam. Pura-pura tidak tenggelam. Padahal benderanya sudah kelam. Dan TEMPO pun berwajah muram”Selamat hari gini negeriku

Sumber : Status Facebook Erwin Rabbani

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed