by

Pentingnya Utamakan Negara

 

Oleh : Erizeli Jely Bandaro

Ada cerita teman di China. . Seorang istri dari suami penjaga hutan lindung , dari rumahnya yang berada di kaki gunung, berjalan kaki melewati hutan untuk sampai ke pos polisi terdekat. Kepergiannya tanpa sepengetahuan dari Suaminya. Lantas mengapa dia harus mendatangi kantor polisi? Dia hanya ingin memberi tahu bahwa suaminya telah menerima suap dari pengusaha untuk menjarah beberapa pohon di hutan. Sang Istri juga memberikan bukti beberapa perhiasan dan jam tangan mewah milik suaminya. Atas laporan itu , Polisi mengirim petugas untuk menjemput suaminya. Karena nilai korupsi diatas RP 2 miliar maka suaminya harus menghadapi hukuman mati.

Apakah istri sudah memikirkan resiko akibat laporannya itu ? Tanya saya kepada teman. Menurut teman, itulah buah dari dokrin partai kepada setiap kader. Mereka bisa menanamkan dokrin kepada ibu rumah tangga bahwa korupsi adalah pengkhianatan terhadap perjuangan partai. Korupsi sama saja membunuh masa depan generasi. Siapapun yang korupsi maka dia telah berkhianat kepada bangsa dan negara. Tidak mungkin ada cinta bagi koruptor. Tidak mungkin pula ada kesetiaan terhadap siapapun termasuk kepada keluarga. Kalau dia nampak baik dan cinta maka itu hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia hanya mencintai dirinya sendiri. Koruptor tidak perlu hidup dan tak perlu ditemani. Membantu koruptor sama buruknya dengan koruptor itu sendiri..Karena itullah China bisa melewati masa masa sulit paska revolusi kebudayaan dan sukses menjadi negara besar yang di perhitungkan dunia.

Memang sebegitu keras china memerangi korupsi ,tetap saja belum bisa menghilangkan perbuatan korupsi. Namun setidaknya di China, orang takut sekali berbuat korupsi. Saya termenung lama. Entah bagaimana caranya China bisa menanamkan dokrin yang begitu hebat kedalam benak istri dan anak untuk lebih mencintai bangsa dan negara daripada mencintai ayah atau suami yang terbukti korup. Andaikan pemahaman tauhid dalam agama samawi juga mampu memberikan dokrin seperti itu tentu lebih dahsyat, apalagi semua ajaran agama mendidik orang untuk mencintai kebenaran, mengutamakan kebaikan dan menegakan keadilan.

Tapi , di negeri kita, sebagian kecil para tokoh agama kita lebih focus bagaimana menjatuhkan kekuasaan dan menanamkan kebencian kepada pemerintah, agar syariah islam tegak. Apakah setelah syariah islam tegak, otomatis korupsi hilang? Tidak ada jaminan. Sementara aksi kolosal secara aktif memerangi korupsi, memperbaiki akhlak, menanamkan passion untuk unggul dalam putaran waktu, tidak menjadi focus utama. .Dari segelintir mereka ini, agama nampak tidak berdiri diatas bumi dan tak bergantung di atas langit. Apa hasilnya? hanya anti pati. China unggul karena meniru dan belajar dari nilai nilai agama. Kita kalah karena meninggalkan nilai nilai agama, lebih focus kepada simbol dan inditentas bukan ISI.**

Sumber : facebook Erizeli Jely Bandaro

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed