by

Patuh Tapi Tak Membabi Buta

Oleh : Herry Tjahjono

Gibran dipanggil DPP PDIP gegara momentum pertemuannya dengan Prabowo dan ekses lanjutannya. Dan Gibran siap datang memenuhi panggilan itu. PDIP tentu punya hak untuk memanggil kadernya.

Setidaknya ini yang kedua kalinya Gibran bersikap “beda” sebagai pemimpin (politik) muda. Pertama ketika dengan ketus dia berseberangan sikap dengan Ganjar (dan Koster) soal kedatangan timnas U-20 Israel. Dan kalau kita mau jujur, sikapnya itu sangat realistis logis – meski akhirnya dia tetap meminta maaf.

Kini soal momentum pertemuannya dengan Prabowo. Meski mulutnya selalu mengatakan akan patuh dengan partai, tapi beberapa kali sikap anak muda ini suka berbau “maunya sendiri”.

Saya melihatnya dari sisi yang lain. Sejak awal saya nilai Gibran ini adalah pemimpin muda yang otentik, berani, cenderung independen dan seperti bapaknya: keras kepala.

Bisa jadi peluang-peluang jangka pendeknya untuk menjadi gubernur Jateng, DKI, akan terganjal akibat sikap-sikap politiknya. Tapi saya tetap punya harapan besar pada anak muda seperti Gibran.

Di balik semuanya itu, otentisitas pribadinya, keberaniannya, sikap prinsipiilnya – secara tidak langsung merefleksikan bahwa sosoknya bukanlah “petugas partai” dalam artian harfiah. Dia pribadi yang pada dasarnya independen. Dia patuh pada partai, tapi tidak (membabi) buta.

Sesungguhnya, pada sosok pemimpin muda yang otentik, independen, dan berani bersikap seperti inilah masa depan kepemimpinan nasional harus digantungkan. Bukan pada mereka yang oportunis, super patuh, atau tak becus kerja gede omong.

Sumber : Status Facebook Herry Tjahjono

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed