by

Ortodoksi Islam

Oleh: Iyyas Subiakto

Ribut masalah Gus Miftah ceramah di gereja, padahal hal itu biasa di lakukan GUSDUR saat beliau masih hidup, Habibie malah shalat di gereja hampir sepajang masa beliau kuliah di Jerman.

Banyak warga Muslim shalat Jumat di gereja di Eropa saat PANDEMI, di Berazil, dll. Kenapa kok masih diributin.Ada cerita tentang Nabi Muhammad menerima kaum Kristen di masjidnya awal2 beliau di Madinah dan konon mempersilakan tamunya beribadah di masjidnya, mungkin seperti kebaktian. Itu artinya rumah ibadah yg selalu kita sebut rumah Tuhan itu tidak harus jadi monster terhadap agama lain.

Walau sekarang ada komunitas muslim, Kristen, dll yg punya rumah ibadah sendiri2. Tapi dlm konteks tertentu hal itu mestinya bisa dilakukan. Kan harusnya umat Islam bangga Gus Miftah di undang ceramah di gereja, kan Gus Miftah representasi muslim juga, dia kan ulama muda yg saya liat jauh lebih berbobot dari Somad atau penceramah yg unfaedah lainnya.Terus ada yg komen kl mau ceramah kan banyak masjid ngapain di gereja.

Lha yg ngundang komunitas gereja, masak mau dibawa ke masjid. Kalau gak mau terganggu urusan Hablumminallah, ya pakai hablumminannas aja, kok repot. Dibuat simpel saja, toh amalnya gak ke tukar. ORTODOKSI, adalah kepatuhan terhadap keyakinan2 yg benar khususnya dalam kehidupan beragama. Sosok Nabi Muhammad itu tak habis2 nya kalau mau di preteli dari ujung kuku sampai ujung rambut dalam hal memberi tauladan.

Ada cerita bhw beliau menyuapi seorang Yahudi buta di sudut jalan, bagaimana beliau membalikkan badannya kalau di panggil dari belakang, yg menunjukkan sopan santun, serta humble. Lha kok kita umatnya jadi beringas. Kita ini kebanyakan beragama simbol tanpa esensi, ritual tanpa spiritual.

Piara anjing haram, makan babi haram, uang korupsi di konsumsi sepanjang hidupnya bersama keluarga gak bilang haram, itu karena yg diambil duit, dan di belikan nasi Padang. Nasi Padang nya gak haram, proses beli nya yg haram. Mungkin lebih halal kalau dikasi hadiah seekor babi, lalu di jual, duitnya di belikan rawon.

Saya bukan ahli agama, dan buta fiqih, namun saya berpegang pada ayat Qur’an bahwa agama itu memudahkanmu, bukan menyulitkanmu, walau tetap tidak dimudah2kan.

Jadi santai sajalah, mari beragama yg mengalir, bukan menggenang, karena air mengalir itu jernih dan tak berbau, sebaliknya air yg menggenang itu bau, kata Imam Syafi’i. Bak kata habib Ja’far dai muda yg cerdas itu. Kl mau ceramah itu di diskotik, tempat prostitusi, atau dan sejenis tempat maksiat, mungkin di Senayan, dan tempat sumber korupsi.

Kalau di masjid mah sudah biasa, karena yg datang ke masjid kan orang yg sudah punya malu kepada Tuhan, walau banyak yg masih dgn kepura2an.

Kembali kepada Gus Miftah, mari kita dukung beliau berdakwah pada ruang yg berbeda, kita harus salut dia bs diundang komunitas gereja, berarti beliau sudah masuk pada jalur lintas agama. Pihak gereja gak mungkin ngundang Somad ntar dia kesurupan ngeliat salib.

Terima kasih Gus Miftah, njenengan sudah membasuh kerinduan kami kepada GUSDUR. Lanjutkan gayamu sebagai Islam yg toleran, bukan Islam yg keteteran karena terus kesurupan.

(Sumber: Facebook Iyyas Subiakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed