by

Orang-Orang yang Menongkrongi Lahan Sengketa

Oleh: Supriyanto Martosuwito

Sungguh mengenaskan pemandangan ini – setidaknya dalam pandangan saya. Tempo hari mereka mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia – yang akan menyelamatkan bangsa dan negara. Tapi kemudian tiarap. Sunyi senyap.

Tahu tahu muncul di rumah pengamat jadi jadian yang menguasai lahan orang. Lahan sangketa.

Dari gerakan kaum elite yang dideklarasikan di Tugu Proklamasi, 18 Agustus 2020 lalu – di lokasi yang sangat bersejarah bagi bangsa di kawasan Jakarta Pusat – kemudian menghilang tanpa kejelasan, mendadak bermunculan di lahan Desa Bojongkoneng – Babakan Madang – Kabupaten Bogor, menongkrongi rumah yang terancam digusur oleh pengembang.

“KAMI adalah gerakan moral rakyat Indonesia dari berbagai elemen dan komponen yang berjuang bagi tegaknya kedaulatan negara, terciptanya kesejahteraan rakyat, dan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” kata seorang deklaratornya di Tugu Proklamasi, tahun lalu.

Kini mereka bisa nongkrong dan ngopi untuk menonton rekannya sesama deklarator KAMI, bakal tergusur.

Nampak sejumlah wajah yang familiar dengan media, di antaranya adalah pendiri Partai Ummat dan eks Jenderal TNI, Panglima yang pernah memimpin 600 ribu personil, salahsatu pasukan terkuat di Asia bahkan di dunia.

Selain itu hadir pula sejumlah politisi dan aktivis, di antaranya mantan partai kelamin sakti, partai poligami, dan mantan jubir istana. Ada juga presenter teve yang kemarin mengubah Pancasila ala Wakanda dan dipecat dari staf ahli di lembaga negara.

“Kita ingin menumbuhkan akal sehat demi kemakmuran dan kesejahteraan, terutama dalam politik pertanahan,” ucap yang punya rumah.

Dia sedang menghibur diri sendiri, seolah olah berjuang untuk hal besar, padahal membayar lahan garapan punya mafia tanah klas kampung.

“Jadi kami kumpul di sini untuk memahami dan melihat bagaimana RG sedang berjuang untuk itu,” ujar mantan politisi Senayan, yang sudah tak terpilih lagi.

SEBENARNYA, urusan rumah di lahan garapan yang tanahnya 800 meter2 itu bisa disederhanakan oleh pensiunan jendral yang diyakini punya uang triliunan itu – yang konon didapat dari bisnis dan komisi jual beli senjata – dan kabarnya dititipkan dan dikelola oleh TW.

Tapi urusan sengaja diperumit, karena orang orang ini terbiasa menjadikan rakyaat yang sedang menderita – dalam hal ini ada yang mau kehilangan rumahnya – sebagai drama.

Seperti juga dulu semasa masih menjabat dan jadi politisi – gemar mengatasnamakan rakyat, mengatasnamakan bangsa – untuk main drama, sandiwara, biar dibilang kerja. Seolah olah memenuhi panggilan tugas anak bangsa.

(Sumber: Facebook Supriyanto M)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed