by

Orang-orang SBY/AHY Menganggap Orang Se-Indonesia Bodoh

Jika Demokrat solid, dan kader Demokrat merasa bangga atau merasa AHY adalah sosok ketua umum yang layak untuk memimpin Demokrat, pasti isu seperti ini gak akan pernah menjadi masalah. Hal ini menjadi masalah karena AHY dianggap dipaksakan oleh SBY untuk menjadi ketua umum. Karena dipaksa, tentu saja banyak kader yang tidak ikhlas. Mungkin itu yang membuat AHY kebakaran Jenggot.
Masalah ini sudah jelas masalah internal. Tetapi tetap saja masih pengen surat AHY dijawab oleh Istana. Ini masalah kader Demokrat yang tidak ingin dipimpin oleh AHY, tetapi mengapa Jokowi yang disalahkan. Benar-benar aneh. Dan benar-benar menganggap kami para rakyat jelata bodoh sehingga bisa digiring dengan drama politik yang tidak masuk akal seperti ini.
AHY harus belajar dari Megawati. Dulu, Megawati terpilih menjadi ketua umum PDI, tetapi markas PDI diserbu dengan orang-orang yang mengaku PDI kubu Suryadi. TNI khususnya Pangdam Jaya dibawah Sutiyoso yang dianggap sebagai perpanjangan tangan Soeharto dianggap terlibat. Sutioyoso ketika itu atasan dari SBY. Hal itu memperkuat alasan SBY pun turut serta bertanggung jawab terhadap peristiwa berdarah tersebut. Namun ketika kasus ini diusut, SBY sudah terlanjur menang pemilu akibat mendapat simpati karena dianggap terzolimi oleh Megawati ketika itu.
Kasus kuda tuli dengan diserangnya markas PDI P yang dulu bernama PDI di tahun 1996 tersebut sangat jelas dan terbukti bahwa Soeharto sebagai penguasa tidak inginMegawati menjadi pemimpin partai, meskipun dipilih secara sah oleh kader-kader PDI sendiri. Megawati yang memang dipilih oleh sebagian besar kader PDI, tentu saja gak gentar meskipun markasnya diserbu. Bahkan Megawati pada saat itu menenangkan kader-kader PDI agar tidak terprovokasi.
Saat ini zamannya sudah berubah. Transparasi berkat perkembangan teknologi sangat membantu dalam proses demokrasi. Begitu juga untuk saling kontrol satu dengan yang lainnya. Rasionalitas akan diuji dengan adanya transparansi.
Seperti yang kita ketahui bersama. Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya bangkit dan memerangi dampak pandemic corona. Baik itu terkait dampak kesehatan hingga dampak ekonomi yang disebabkannya.
Baik pusat maupun daerah harus benar-benar secara baik dalam melakukan koordinasi. Di satu memikirkan kesehatan, di satu sisi memikirkan perut rakyat yang lapar.
AHY harusnya berempati. Memikirkan keadaan Indonesia, bukan bergosip melemparkan ke publik mengenai hal-hal yang gak masuk akal. Hal yang menjadi urusan internal tetapi orang eksternal ikut dibawa-bawa.
Jika AHY tidak mampu mengurusi kader yang membelot, sebaiknya dia mundur menjadi ketua umum. Jika bisanya merengek meminta klarifikasi orang lain yang gak bersinggungan langsung dengan partainya, lebih baik gak usah masuk politik yang dinamis.
Dalam negara Demokrasi, mencari yang terbaik diantara yang baik itu sangatlah wajar. Kalau tadinya kader-kader Demokrat terperdaya dengan ketampanan dan kegagahan AHY lalu percaya bahwa AHY bisa mendongkrak perolehan suara Demokrat namun sekarang sudah gak lagi percaya, ya mau apa dikata ?
Mungkin AHY melakukan hal itu karena sudah mentok. Gak tahu harus berbuat apa lagi untuk menaikan pamornya. Sehingga melakukan hal yang sangat konyol. Udah ah, itu aja…
Cak Anton
Sumber : Status Facebook Muhanto Hatta

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed