by

Napoleon Bukan Pembela Agama

Oleh: Eko Kuntadhi

Napoleon Bonaparte. Namanya gagah. Kelakuannya sejenis kampret. 

Ia petinggi polisi yang tersangkut kasus red notice pelaku korupsi Djoko Chandra. Jangan mengira kasus itu, terjadi kebaikan hati Napoleon kepada Djoko Chanra. Gembel juga tahu, ada siap di belakangnya. 

Napoleon kini jadi tersangka dan ditahan di rutan Bareskrim. Ia tersangka yang menggadaikan jabatan dan posisinya untuk membantu seorang koruptor kelas kakap. 

Saat bersamaan, masuk M. Kace. Kace ini agak konyol. Ia tersangka kasus penodaan agama karena unggahan medsosnya. 

Nah, kehadiran Kace ini membuat Napoleon seolah mendapat kesempatan. Ia merasa, dosanya sebagai tersangka ‘penjual’ jabatan demi seorang koruptor bisa dikurangi dengan berlagak membela agama. 

Jadilah Kace sebagai samsak. Tersangka ini dianiaya di sel. Sampai sekujur tubuh dan wajahnya dilumuri kotoran. 

Dan hebatnya, Napoleon dengan menepuk dada berkata. “Saya yang melakukan itu! “

Menurutnya, ia sedang membela Tuhan dan agamanya. M. Kace yang dianggap menistakan agama dihantam. Dinistakan kemanusiaannya. 

Padahal ketika Napoleon tersandung kasus ‘menjajakan’ jabatan untuk tersangka koruptor Djoko Chandra, ia tidak pernah berfikir apakah itu juga menistakan agamanya? 

Saya yakin agama Napoleon mengajarkan menjaga amanah. Ketika ia menjalankan aksinya membantu red notice Djoko Chandra, apakah Tuhan yang dibela Napoleon tertawa senang? 

Ketika ia mendapat duit dari perilakunya itu, apakah Napoleon sedang memperindah agamanya? 

Ah, agama bagi orang jenis ini mungkin cuma selebrasi dan upacara. Cuma menyangkut halal formal. Seperti makan daging babi haram, tapi korupsi jadi halal. 

Seperti minum alkohol haram, tapi mencoleng dibolehkan. 

Seperti demo membela agama, tapi mengabaikan hak pemakai jalan. 

Seperti Napoleon, yang menggebuki M. Kace, tapi dengan cara menjijikkan. Dilakukan oleh aparat yang terangkut kasus korupsi. 

Tentu gerombolan kadrun, FPI dan HTI yang cara mikirnya sama dengan Napoleon bersorak gembira. Mereka yang beragama tapi barbar. Mereka yang atas nama agama terang-terangan melanggar hukum. 

Bahkan atas nama agama melakukan kebiadaban tanpa rasa bersalah. 

Dalam kosa kata kebangsaan, seorang koruptor dan kaki tangannya layak disebut sampah beradaban. 

Dan kini, terduga sampah mau tampil sebagian pahlawan agama. Tetap dengan perilaku barbarnya. 

Perilaku model begini bukan saja melumuri kotoran ke jubah agamanya sendiri.Tetapi juga melumuri seragam institusinya. 

Menjijikan…

(Sumber: Facebook Eko Kuntadhi)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed