by

Muhasabah Akhir Tahun

Oleh : Ahmad Sarwat

Saya masih ingat model-model muhasabah zaman dulu. Malam lampu dimatikan, setel instrumentasi melow. Terus dinarasikan hal-hal yang sedih-sedih dan menguras air mata. Jadilah satu per satu peserta mulai terisak, makin lama makin seru dan akhir semua histeris bertangis-tangisan. Hehe inget zaman jadul di SMA. Sebagai kakak senior dan mentor, salah satu tugas saya adalah bikin nangis anak orang. Pokoknya buat saya jadi prestasi tersendiri.

oOo

Hari ini saya kurang tahu apakah gaya nangis-nangis kayak gitu apa masih dimainkan atau tidak di jajaran anak rohis. Tapi kalau di kelas bapak-bapak, justru hari Jumat kemarin saya diminta khutbah dengan judul muhasabah. Khutbah Jum’at di akhir tahun 2021 di Menara Astra Jalan Soedirman lantai 50. Wah, masak jumatan pakai nangis-nangis segala, entar pada batal Jumatannya kena semprit offside. Jadi muhasabah di khutbah Jum’at tidak pakai nangis-nangis, cuma jamaah disuruh mikir aja, fokus pada satu masalah yaitu shalat 5 waktu. Mulai dari hadits Nabi SAW bahwa yang pertama kali dihisab adalah shalat lima waktu. Bahwa bobotnya tidak bisa disepelekan apalagi disandingkan dengan shalat Sunnah. Beda ukuran soalnya.

Sebab aslinya ketika diwajibkan bukan lima waktu tapi lima pukuh waktu. Namun karena Allah SWT kasih keringanan, maka cukup dikerjakan lima waktu saja, nilainya sudah seperti lima puluh waktu. Itu positifnya. Tapi keringanan ini ada sisi negatifnya, yaitu begitu satu waktu lolos tidak dikerjakan, maka hitungannya seperti kehilangan 10 shalat. Ruginya rugi banget. Di sisi lain, kita diberi contoh kasus dua kali, dimana pernah Nabi SAW terlewat dari mengerjakan shalat fardhu.

Yang pertama karena perang Khandak dan yang kedua karena kesiangan Shubuh. Pada kedua kasusnya ternyata Nabi SAW dan para shahabat segera mengganti shalat yang terlewat dengan shalat yang sama. Shalat zhuhur diganti dengan shalat zhuhur, empat rakaat persis. Shalat Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh juga begitu. Pokoknya nanti begitu menghadap Allah SWT, yang diperiksa betulan adalah absensi shalat lima waktu. Argonya mulai jalan sejak masuk usia baligh sampai ajal. Satu saja shalat itu bolong, akan jadi urusan panjang. Apalagi bolongnya sampai tahunan, habis lah jadi perkedel. Bisa dibejek-bejek sama malaikat di neraka.

oOo

Selesai khutbah pas turun lift, seorang jamaah mendekat dan tanya, Kok nggak pernah ada yang ngingetin kayak pak ustadz barusan ya? Padahal urusan shalat nanti dihisab pertama kali. Selama ini muhasabah kita cuma nangis-nangis doang, tapi bolong-bolong shalat tetap belum lunas diganti. Saya cuma jawab santai. Muhasabah itu yang penting bukan nangisnya, tapi bayar utangnya. Nangis doang tapi utang nggak dibayar sama juga bohong. Betul ustadz

Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed