by

Mentalitas Pejabat Orba

Akhirnya kami mampir warung. Makan ayam goreng dan lalapan, driver memilih nasi campur. Ya makanan biasa. Tapi saya menikmatinya, driverpun bilang nasi campurnya enak. Memang makanan enak kadang2 tidak tergantung harga atau tempat makannya. Sehabis makan badan agak segar.

Jadi ingat minggu lalu saya mengawali tugas dengan datang ke gedung kemenkeu. Dari Senayan naik ojek. Pulangnya pun naik ojek, dengan alasan mengejar waktu.(mudah2an nggak ada yang lihat 
Tapi hal-hal begini biasa saja. Waktu jadi pembantu dekan di ITS dulu, pernah ada tamu dari Jakarta. Saya kebagian ngajak makan siang. Saya tanya tamu mau makan apa, ternat apingin pecel. Saya ajak ke pecel Bu Kus di daerah Nginden. Makan pecel, empal, peyek dan minum beras kencur. Kami bertiga nggak habis 100rb. Itu kejadian kira-kira 2008-2010.
Sama sekretaris dibawain uang Rp 500rb untuk menjamu tamu.
Waktu pulang sisa uang saya kembalikan.
“Pak kok masih banyak uangnya?” tanya sekretaris wakil rektor bidang IV.
“Lha cuma makan nasi pecel kok mbak”.
“Wah…pak Budi….” 
Sebelumnya atau sesudah itu (saya lupa) dia juga kaget sewaktu saya dan teman ditugaskan promosi ke Lombok. Kami mendatangi SMA-SMA di Lombok untuk promosi ITS. Di bawah terik matahari kami keluar masuk kelas , jalan kaki dan menuju SMA yang lain lagi. Kami menginap di penginapan milik dosen Unram. Tarifnya semalam kurang dari Rp200rb.
Sewaktu saya laporkan penggunaan uang ke sekretaris tsb., dia kaget uang penginapan nggak sampai Rp500rb berdua(tahun 2008-2009) untuk 2 hari. Mestinya bisa nginap di kamar yang lebih wah…

****

Kemarin ada pembicara dari kemendagri, IPDN. Dia mengatakan bahwa jalan tol yang dibangun pemerintah pusat hanya menghubungkan kota antar propinsi, belum nyambung ke kabupaten dan desa. jadi petani, pedagang kecil belum diuntungkan dengan jalan itu. Banyak jalan kabupaten yang rusak. Kabupaten nggak punya dana. Begitu juga propinsi, katanya. 
Dengan berapi-api pembicara menyampaikan kekurangan-kekurangan pemerintah. Bagus memang memberi gambaran kekurangan negara kita. Tapi sebagai orang pemerintah mengapa dia tidak menyampaikan itu ke atasannya?

Saya membatin, bukankah banyak kabupaten kaya raya sampai bupatinya korupsi milyaran? bukankah ada dana desa yang bisa dipakai membangun jalan? mengapa ada bupati Azwar Anas di Banyuwangi yang berhasil membangun , Mengapa ada Nurdin Abdullah di Bentaeng yang berhasil? jadi yang salah itu siapa?
Mengapai Kutai Kertanegara yang dulu mempunyai PAD paling tinggi di Indonesia nggak mampu membangun daerahnya? yang salah siapa?

Sehabis pertemuan, kami meluncur lagi menuju Balikpapan untuk kembali ke Surabaya karena pagi ini ada ujian mahasiswa S3 saya.

Sumber : Status Facebook Budi Santoso Purwokartiko

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed