Oleh : Ahmad Sarwat
Kurikulum sejarah Islam yang selama ini diajarkan sebenarnya sejarah perpolitikan umat Islam.
Yang jadi topik pembahasan lebih banyak seputar seluk beluk istana para penguasa, lengkap dengan perebutan kekuasaan antar dinasti dan sengketa politik yang berlarut-larut.
Maka yang jadi ukuran adalah menang dan kalah. Sampai muncul ungkapan bahwa sejarah itu ditulis oleh pihak yang menang. Yang kalah dalam sejarah tentu jadi pecundang.
Maka tidak bisa disalahkan kalau dari belajar sejarah Islam, kita malah mendukung satu kelompok muslim di satu sisi, tapi menjelekkan satu kelompok muslim lainnya.
Contoh kasusnya ketika bicara tentang sejarah para shahabat, seringkali muncul ketidak-adilan dan ketimpangan. Sebagian shahabat didukung dan dipuji-puji, namun sebagian shahabat lain justru dimaki-maki.
Padahal boleh jadi yang dimaki-maki malah justru termasuk shahabat yang mulia, sebagiannya malah ada yang jadi penulis wahyu, atau termasuk yang dijanjikan masuk surga.
* * *
Dalam pandangan saya, ketimbang kita menjejalkan kepada generasi di bawah kita sejarah berisi berbagai intrik politik masa lalu yang kelam, kenapa tidak kita perkenalkan saja sejarah keilmuan dan peradaban agung kita.
Maksudnya biar generasi kita tahu bahwa masa lalu umat Islam bukan hanya ursan perang, pedang dan perebutan kekuasaan saja. Tapi mereka bisa bangga atas semua prestasi para pendahulu mereka.
Memang kalau ilmu di bidang sains dan teknologi, sejarah masa lalu kita sudah terlalu jauh tertinggal dengan perkembangan sains di zaman sekarang. Kalau pun mau dibandingkan, tentu dengan sains dan teknolog di zaman yang sama.
Tapi kalau di bidang ilmu-ilmu keislaman, tentu akan sangat berguna sekali. Sebab secara umum, ilmu keislaman yang kita miliki hari ini nyaris masih sama saja dengan yang ditemukan sekian abad yang lalu. Sebab sebagiannya merupakan ilmu yang sudah paripurna dan tidak terlalu banyak berkembang lagi.
Sejarah ilmu keislaman pastinya akan mengantarkan kita kepada sejarah para tokohnya, yang rata-rata adalah sosok para ulama, baik mereka sebagai penemu atau tokoh-tokoh besar di bidangnya.
* * *
Kenapa saya penasaran ingin menulis ulang sejarah Islam di bidang keilmuan?
Sebab generasi kita ini telah dibutakan dari sejarah masa lalunya yang gemilang dan sedemikian membanggakan. Yang mereka tahu dari sejarah hanya perang dan perang saja.
Islam terkesan sebagai agama harus darah, haus kekuasaan dan haus kekayaan duniawi.
Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat
Comment