Oleh : Nico Krisnanto
Tidak semua teroris menjadi eksekutor bom bunuh diri di lapangan. Teroris ada juga yang bekerja di medsos. ๐๐ข๐ซ๐ข-๐๐ข๐ซ๐ข ๐ญ๐๐ซ๐จ๐ซ๐ข๐ฌ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐๐๐ค๐๐ซ๐ฃ๐ ๐๐ข ๐ฆ๐๐๐ฌ๐จ๐ฌ ๐๐ข๐ซ๐ข-๐๐ข๐ซ๐ข๐ง๐ฒ๐ ๐ฒ๐๐ข๐ญ๐ฎ:
1. Mengatakan bahwa kejadian terorisme yang menelan banyak korban tersebut sebagai settingan, drama, atau rekayasa. Ini dilakukan agar masyarakat tidak berisimpati terhadap hilangnya nyawa korban.
2. Mengalihfokuskan berita korban jiwa akibat terorisme dengan berita lain yang tak ada sangkut pautnya. Tujuannya agar masyarakat lupa dengan kekejaman teroris.
3. Menggunakan kata-kata melecehkan buat menggambarkan keadaan korban. Ini memang sesuai tabiat para teroris yaitu senang bila melihat korbannya tersiksa.
4. Suka menyalahkan aparat hukum bila terjadi tindakan terorisme. Padahal aparat hukum adalah garda terdepan membendung tindakan teroris. Tapi oleh para teroris medsos keadaannya diputarbalik. Teroris pengebom bunuh diri dianggap korban konspirasi, sedangkan aparatlah yang menjadi sutradara terorismenya.
5. Suka mencaci pemerintah dengan istilah-istilah “tak enak” keagamaan. Misal pemerintah dituduh anti islam, thoghut, musuh Allah, pelaku bid’ah, penegak sistem kufur, dan sebagainya. Ini bertujuan membangkitkan aroma kebencian rakyat dengan pemerintah. ๐๐๐๐๐๐๐ก ๐๐ ๐๐ง ๐ฉ๐๐ง๐ค๐ง๐๐จ๐ข๐ ๐๐๐๐ก๐๐ ๐ ๐๐๐๐ฃ๐๐๐๐ฃ.
Ingat, teroris hanya mau membunuh sesuatu yang dibencinya. Ciri yang lain tentu masih ada. Tapi sementara 5 ini dirasa cukup bagi kita untuk mengenal siapa teroris medsos itu. Apakah anda memiliki teman medsos yang suka melakukan 5 point di atas ? Pastikan dia adalah teroris atau minimal simpatisan teroris. Waspadalah terhadap orang semacam ini…
Sumber : Status Facebook Nico Krisnanto
Comment