by

Mendebat RKUHP

Undang-undang atau aturan yang terlalu ketat itu, dalam pengamatan para cendekia, akhirnya menjadi kebijakan yang mengundang keruntuhan pemerintah Hindia Belanda. Mengapa demikian? Dalam sejarah, aparatus negara seharusnya berkembang menurut kepentingan masyarakat, namun dalam pemerintah kolonial, negara justru mencengkeram masyarakat yang lemah. Sehingga pemerintah sangat berjarak pada pada masyarakat. Kaku menghadapi persoalan di bawah. Hubungan antara rezim kolonial dan rakyat pun renggang.

Puncaknya tentu saja saat Perang Dunia kedua. Saat Jepang mulai invasi ke Asia, juga Indonesia. Hindia Belanda menjadi terlalu mudah dikalahkan oleh Dai Nippon, karena rakyat apatis dan tidak berpartisipasi melawan Jepang. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Filipina, dimana rakyat membantu pemerintah kolonial Amerika untuk melawan invasi Jepang.

Demikian ketakutan saya pada undang-undang yang terlalu rigid, terlalu mencengkeram kehidupan pribadi. Membuat saya teringat pula kisah tentang kaum Farisi. Kaum yang sangat teguh menjalankan peraturan, dalam hal ini aturan agama dan adat. Bahkan menjadi polisi moral, untuk hal-hal yang sepele seperti cuci tangan sebelum makan dan larangan berbicara pada pendosa.

Kaum Farisi ini merasa benar, karena merasa tidak melanggar peraturan, bahkan menegakkannya. Tetapi berapa banyak intimidasi dan orang dibuat susah karena mereka? Tidakkah ini sebenarnya kejahatan juga? Apalagi kita tahu, kehidupan itu dinamis, aturan yang terlalu rigid seringkali tidak berkesuaian dengan perkembangan zaman dan kondisi lingkungan setempat. Dan konon secara moral, ‘lebih baik membebaskan 1000 orang bersalah daripada menghukum 1 orang tidak bersalah.

Yang menarik, di Wikipedia saya sempat menemukan tipe-tipe orang Farisi: Ada jenis orang Farisi yang menyombongkan kebaikan-kebaikannya. Ada yang memalingkan wajahnya untuk menghindari melihat perempuan. Adapula orang Farisi yang sering mengangguk-anggukan kepalanya seolah-olah bijaksana. Ada yang menghitung kebaikannya, Ada yang mematuhi Tuhan karena takut. Dan ada orang Farisi yang mematuhi Tuhan karena mengasihi Tuhan.

Lalu tipe Farisi seperti apakah kita?

Sumber : Status Facebook Vika Klaretha

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed