by

Menang Tanpa Pengalahkan

Oleh: Aldinshah Vijayabwana
 

Menang Tanpa Mengalahkan

Saya sering dinasihati bahwa pemenang sejati bukanlah pemenang yang mengalahkan lawannya. Artinya, tidak perlu kita membuat lawan merasa kalah atau dipermalukan untuk menjadi menang. Apabila kita mampu membuat lawan berada di posisi pihak yang kalah tanpa ada perasaan kalah, kita adalah pemenang sejati. Yah, meskipun prinsip ini bagi saya masih sulit untuk dilakukan.

Ketika melihat berita dukungan Golkar kepada Jokowi, dan juga keputusan Ahok untuk ikut jalur partai yang disediakan oleh Hanura, Nasdem, dan Golkar, saya teringat nasihat ini. Kok bisa pas sekali, pikir saya.

Saya masih ingat waktu saya masih ‘korslet’ zaman Pilpres 2014 silam. Fitnah kepada Jokowi kuatnya bukan main. Penolakan dari Koalisi Merah Putih setelah Jokowi reski terpilih sebagai presiden juga sangat terasa. Ini Pilpres yang paling gede dampaknya.

Seiring berjalannya waktu, tiba-tiba KMP yang pernah mendeklarasikan koalisi permanen ini bubar dengan sendirinya. Kini tinggal Gerindra dan PKS yang masih di sana, jika kita tidak menghitung partai mantan yang masih bersikap plin-plan. PAN yang dulu lewat Amien Rais keras terhadap pemerintah, kini berada di sisi pemerintah. Golkar yang bersikap hampir sama, kini malah sudah menyatakan dukungan terhadap Jokowi secara total, hal yang bahkan tidak pernah dinyatakan PDIP secara terang-terangan. Golkar malah sudah usung Jokowi sebagai capres 2019. Semuanya dilakukan dalam senyap, pelan-pelan, dan halus.

Ahok juga demikian. Parpol-parpol awalnya pada ‘jual mahal’ sama Ahok. PDIP minta Ahok ikut mekanisme seleksi partai (yang nggak akan jelas sistemnya). Akhirnya Ahok dengan Teman Ahok mulai menggalang KTP, hingga kemudian terkumpul sejuta. Satu tiket di tangan. Mantap Hok!

Eits, belum selesai. Tiba-tiba Golkar, Hanura, dan Nasdem menawarkan jalur dukungan partai. PDIP masih malu-malu untuk menyatakan dukungan. Ahok kini ibarat calon mahasiswa yang lolos SBMPTN di FK UI dan lolos UTUL UGM di FK UGM. Tinggal pilih, semuanya sama-sama bagus!

Akhirnya Ahok memutuskan masuk jalur partai. Barisan sakit hati langsung membully, namun Ahok tetap berlalu. Teman Ahok juga menyatakan bahwa mereka siap mendukung Ahok. Yang sakit hati hanya bisa meracau sembarangan saking gilanya.

Merapatnya banyak partai ke pemerintahan Jokowi ini adalah bukti ‘menang tanpa ngasorake’ yang dilakukan Jokowi. Nggak ada yang nyangka dalam dua tahun, KMP bubar jalan dan partainya pada merapat ke pemerintahan. Partai pun secara tidak langsung mengakui keunggulan Jokowi, kecuali Gerindra dan PKS.

Ahok juga terhitung menang. Awalnya, partai pada jual mahal sama Ahok, kasih syarat aneh-aneh. Ahok tinggal ngumpulin KTP dan kerja. Tiba-tiba, tiket independen dapat karena KTP sudah sejuta, dan partai-partai juga memberi tiket. Partai yang tadinya jual mahal, langsung memberi jalan Ahok untuk maju.

Menarik melihat drama perpolitikan indonesia ini. Apalagi fenomena Jokowi-Ahok ini. Jokowi, Ahok, pancen oye!

 

(Sumber: Status Facebook Aldinshah V)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed