by

Membunuh Kretek, Membunuh Indonesia

Oleh: Kajitow Elkayeni
 

Perang dagang para kapitalis telah dimulai sejak lama. Dulu Belanda dengan VOC-nya adalah sebagian dari contoh perang kapitalisme global. Mereka menggunakan segala cara, mengerahkan seluruh sumber daya, untuk menguasai sumber pasokan atau merebut pasar. Cara-cara lama itu masih digunakan, tapi mereka bergerak dengan cara yang lebih halus. Mereka menyusup pada pemerintah dalam bentuk regulasi. Pada negara semaju Amerika sekalipun, merekalah the real government sekarang ini.

Perang dagang ini pula yang terjadi dalam industri rokok. Kapitalis Barat berusaha masuk ke Indonesia dengan berbagai propaganda. Sayangnya, Indonesia memiliki medan berbeda. Rokok yang dikonsumsi berbeda dari yang mereka produksi. Orang-orang pribumi itu menyebutnya kretek.

Kretek terdiri dari paduan tembakau, cengkih, dan bahan rempah lain. Di masa lalu, ribuan tahun lalu, leluhur kita menggunakannya sebagai obat. Fungsinya untuk detoksinasi. Melawan racun (radikal bebas) dengan racun yang telah dikendalikan. Sama seperti pemahaman imunisasi. Sedangkan rokok yang dibawa kapitalis Barat itu disebut rokok putih. Ia berbahan tembakau murni, biasanya berjenis Virginia yang berasal dari negara Barat sana.

Dua jenis rokok ini telah berebut pasar sejak lama. Di Indonesia, karena kretek telah mempunyai akar kebudayaan yang sangat dalam, rokok putih tidak mendapat tempat. Bahkan dikabarkan, dalam persaingan bisnis rokok dunia secara umum, rivalitas kretek terhadap rokok putih terus menguat.

Ketakutan atas dominasi kretek inilah yang menjadi biang pembunuhan kretek Indonesia akhir-akhir ini. Mulai dari mencaplok perusahaan, seperti yang dilakukan Philip Moris terhadap Sampoerna, atau BAT terhadap Bentoel. Mereka juga disebut telah menempuh jalan lain, membeli regulasi, membayar pemerintah dan akademisi. Termasuk di antaranya aktivis anti rokok yang berisik itu.

Stigma terhadap rokok yang luar biasa, pembatasan penggunaan yang dianggap telah menyaingi narkoba, adalah bagian dari politik pembunuhan kretek Indonesia!

Dengan peraturan dan pembatasan yang ketat, rokok putih mungkin juga terkena imbasnya, tapi posisi mereka tetap aman. Volume produksi tidak akan berkurang. Pengguna rokok putih biasanya kalangan menengah, atau mereka yang ingin terlihat modern ala Barat. Tapi propaganda itu berakibat fatal pada kretek. Regulasi ketat, sanksi berat, stigma teramat buruk, pada akhirnya hanya akan menyulitkan pergerakan kretek nasional. Jika pabrik kretek berhenti produksi, atau volumenya berkurang drastis, buruh pabrik dan petani tembakau akan terkena imbasnya.

Dalam situasi sulit itu rokok putih akan tetap berproduksi, pasarnya ada di banyak negara. Apalagi mereka juga adalah ikon dari modernitas Barat, sebagaimana restoran cepat saji. Sementara kretek yang terpusat di Indonesia akan berdarah-darah.

Ini memang pertarungan para kapitalis. Tapi jika harus memilih, kapitalis lokal mestinya dibela. Regulasi ketat hanya akan menguntungkan kapitalis rokok putih dan membumuh kapitalis kretek. Produsen kretek itu, mereka tidak saja menyumbang pajak yang besar, tapi juga membuka lapangan kerja, membantu perputaran ekonomi di sekitarnya. Mereka juga telah berdonasi dalam jumlah tidak sedikit, sebagaimana yang dilakukan oleh Djarum dalam olahraga badminton.

Membunuh kretek hakikatnya membunuh Indonesia. Membunuh petani tembakau dan cengkih, termasuk distributor dan buruh. Ini politik dagang kuno. Jika pasar sulit dikuasai, hancurkan sumber pasokannya. Jika tradisi dan budaya yang menjadi basisnya, rusak dengan penelitian ilmiah pesanan terkini. Segala cara ditempuh, seluruh alasan bisa dicari. Bisa menunjuk sebab ekonomi, kesehatan, moral, bahkan beralasan dari ayat suci.

Rokok tak mungkin bisa dimatikan, tapi jenis konsumsinya bisa berganti. Mengubah cara pikir, mengubah budaya. Membunuh kretek membunuh Indonesia. Di masa lalu, orang-orang Eropa datang menjajah kita demi menguasai rempah-rempah. Sekarang mereka melakukannya melalui tangan pemerintah. Dengan membeli regulasi, pendapat para akademisi dan moncong aktivis anti rokok. Luar biasa!

 

(Sumber: Status Facebook Kajitow Elkayeni)
Penulis mantan perokok berat. Berhenti merokok karena patah hati.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed