by

Membenahi Hati

Oleh : Du’aa Ahmad Nahrawi

Ia adalah seorang alim ulama yang sangat terkenal, jemaahnya banyak dan tersebar di seluruh dunia.

Hidupnya pasti pas-pasan ya, khan memang begitu seharusnya ulama rabbani menurut sebagian 😁. Engga tuh, ia kaya raya, kantor, rumah, dan mobil semua ada dan megah.

Pasti susah ditemui dan numpuk kekayaan. siapa bilang? Kontribusi ke masyarakat bukan skala kecil, atau santunan ala kadarnya. Ia punya lembaga sosial raksasa siang malam ngurusin umat.

Jadi ia adalah perpaduan ilmu, harta, akhlak, kedermawanan dan popularitas.

Pasti keluarganya bermasalah, atau punya istri lebih dari satu, urusan rumah tangga bak jemuran kotor, nyampah terus di media sosial 🙊. Atau anak-anaknya berulah, bikin malu keluarga, atau, atau, atau. Nope..ia baik-baik aja, keluarga dan anak-anaknya, kerabat dan sahabatnya, desa dan kampungnya semua baik-baik saja. Intinya hidupnya sempurna.

Pertanyaannya bukan siapa dia? Pertanyaan yang tepat adalah “Kok bisa? Emang ada orang yang hidupnya sempurna? Biar saya bantu jawab.

Hidup bisa sempurna, banyak yang punya segalanya, kedudukan, uang, kecantikan atau ketampanan, ilmu, akhlak, keturunan. Ya, Hidup bisa sempurna, dan tak perlu pusing mikir siang malam apa kira-kira yang diambil dari orang ini. Ga perlu pusing berpikir bahwa kenikmatan yang dirasa adalah istidraj atau apalah, kenapa? Karena semua manusia di dunia diberi kesempurnaan rezeki. Hanya saja ada sebagian yang memang kesempurnaannya dari segala sisi.

Ketika melihat mereka yang hidupnya serba sempurna ini, kita sebagai manusia yang punya mata, lantas berusaha meyakinkan diri bahwa ada sesuatu yang kurang dari hidup mereka itu. Ini cara kita meninabobokan rasa iri atau nauzubillah rasa dengki 🙈.

Tidak perlu protes berjemaah, saya tahu bahwa semua manusia akan diuji dengan berbagai kekurangan. Saya juga tahu bahwa ujian bisa datang dalam bentuk nikmat. Tapi ini justru memperkuat kenyataan bahwa sebagaimana ada yang diuji dengan kekurangan, banyak yang diuji dengan kelebihan.

Lalu, benarkah yang diuji dengan kekurangan, hidupnya tidak sempurna? Engga tuh, hidupnya sempurna kok, hanya saja mereka lupa hidup, akibatnya, hidupnya yang sempurna jadi terlihat kurang.

Tenang ini bukan teka-teki, yuks kita bahas. Pernah baca ayat ini

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (Surat An Nahl: 97)

Nah, di ayat ini disebut “Hayatan Tayibah”, berarti hidup kamu, saya dan mereka sudah sempurna, tapi barangkali belum tayiban atau belum baik. Dan kemungkinan terbesarnya jika kita masih sering ngeluh, pikiran siang malam, itu karena kita belum mendapat rezeki “kehidupan”. Maksudnya kita baru tahap bernafas, makan, minum, dsn beraktifitas, tapi belum hidup.

Untuk hidup, hidup yang baik, kita perlu paham akidah. Kok akidah? Begini, akidah membuat kita percaya bahwa Allah ada, Allah Maha Mengetahui, Allah Maha Mengatur, Allah Maha Berkehendak dan Lembut dalam ketetapan-Nya. Akidah juga membuat kita yakin bahwa apa yang telah dituliskan Allah adalah yang terbaik. Akidah membuat kita yakin bahwa Allah tahu dan kita tidak. Keyakinan ini akan mendorong diri berbuat kebajikan, kebajikan yang bukan sekedar salat, puasa, zakat, dan haji, tapi kebajikan yang mencakup ibadah-ibadah lain yang sayangnya kurang populer. Sini saya kasih contekan:

1. Ibadah Husnuzhon billah. Artinya ibadah di mana kita yakin sepenuhnya bahwa Allah telah tentukan yang terbaik, semua kerja dan usaha kita akan Allah balas. Ibadah ini membuat diri tak berkecil hati, tak menangisi yang pergi dan tak mencemaskan masa depan.

2. Ibadah Rida

Menerima rezeki dengan lapang dada, besar atau kecilnya hanya hitung-hitungan dunia. Bersyukur dalam suka dan duka. Bersyukur dalam suka biasa, tapi dalam duka berarti kita sudah naik kelas.

3. Ibadah gak kepo

Ada emangnya? Ya, ada

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ، تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِي

Mau baik islamnya, maka jangan ngurusin siapa cerai, siapa kawin, siapa beli apa dan berapa 🤗

4. Ibadah diam, atau ga ikut viral memviralkan. Ya, ini juga ada kok. Haditsnya:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman pada Allah dan hari Akhir maka hendaknya berkata baik atau diam.”

Juga ayat ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً

“Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar”

Masih banyak sih ibadah-ibadah lain yang meski kurang populer dapat mengantar kita menuju “hayatan tayibbah” hingga tak lagi hidup uring-uringan karena rumput tetangga atau karena lelah fokus pada apa yang tak dipunya.

Jadi yuks ah bebenah diri, bebenah hati, bebenah iman dan akidah. Dan jangan lupa hidup ya 🤗

Sumber : Status Facebook Du’aa Ahmad Nahrawi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed