by

Megawati dan Over Dosis Pengajian

Oleh : Mamang Haerudin

Megawati Soekarnoputri. Nama lengkapnya Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri. Salah satu putri Soekarno, seorang Presiden pertama Republik Indonesia yang moncer dalam karir politik. Megawati menyimpan kharisma. Selain terutama karena faktor nasab pada Ayahnya. Ucapannya, kebijakannya banyak diikuti banyak orang. Bahkan masih ingat di benak saya sebuah jargon ideologis: “Biar gepeng asal banteng.” Benar-benar mengerikan ya. Lika-likunya dalam konstelasi politik tanah air patut diacungi jempol, sampai kemudian ia pun pernah menjadi Presiden RI yang ke 5, setelah Presiden Abdurrahman Wahid berhasil ditumbangkan.

Konsekuensi menjadi orang besar dan penting di negeri ini. Tidak aneh jika setiap tindak-tanduknya tidak luput dari perhatian publik. Bukan sekali dua kali. Megawati yang dalam pandangan pendek saya, tidak begitu mempunyai kemampuan public speaking yang bagus, kena bully untuk yang ke sekian kalinya. Tanpa tedeng aling-aling. Kali ini ia menyentil ibu-ibu pengajian, dengan dalih bahwa sering ke pengajian merupakan salah satu penyebab menelantarkan anak. Pada saat menyampaikan sentilan itu, Megawati tengah menjadi narasumber dalam acara seminar bertajuk stunting.

Dalam istilah saya “over dosis pengajian.” Di satu sisi saya setuju dengan Megawati, bahwa ibu-ibu Muslimah di Indonesia over dosis pengajian. Saya akan mencoba menjelaskan lanjut, mengapa ibu-ibu Muslimah over dosis pengajian. Bayangkan dalam seminggu saja, ada ibu-ibu yang setiap hari ikut pengajian. Dengan berbagai macam motif dan alasan tentunya. Itu dalam konteks pengajian di satu Desa, belum lagi kalau lingkupnya Kecamatan, Kabupaten dan seterusnya. Bahkan ibu-ibu Muslimah ini sering rela bepergian jauh hanya untuk ikut pengajian.

Pernyataan Megawati ada benarnya. Apalagi jika pengajian semakin ke sini semakin menyeruak tetapi malah semakin jauh dari subtansi dakwah. Benar, bahwa awalnya mengikuti pengajian itu baik, bernilai ibadah, mengantarkan seseorang untuk lebih dekat dengan Allah dan seterusnya, tetapi kalau realitasnya seperti yang terjadi di Indonesia memang faktanya kebangetan. Pengajian yang kehilangan orientasi utamanya, pengajian yang justru sekadar seremonial dan hampir tidak ada korelasinya dengan transformasi sosial.

Wallaahu a’lam

Sumber : Status Facebook Mamang M Haerudin (Aa)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed