by

Mbah Nun Tak Setara dengan Abu Dzar Al Ghifari

Oleh : Shiniyya Ruhama

Dalam sebuah diskusi di WAG, ada sahabat yang mencoba husnuzhon bahwa sikap Budayawan Emha Ainun Najib atau yang kita kenal dengan Mbah Nun bisa diibaratkan sebagaimana sikap kritis Sayyidina Abu Dzar Al Ghifari RA kepada Sayyidina ‘Utsman Bin ‘ Affan RA.

Saya jawab: itu permisalan yang salah karena tidak sebanding. Sebagai disclimer sebelumnya, saya tidak memiliki dendam pribadi dan tidak hendak menjatuhkan Mbah Nun. Saya sangat menghormati beliau dan tetap menganggap beliau sebagai salah satu Guru Bangsa yang kita miliki. Jadi jangan salah paham ya Gaesss.

Begini, saya ceritakan apa yang saya baca dari Kitab Rijalu Haular Rosul yang saya baca sekitar 25 tahun lalu, karya Syaikh Kholid Muhammad Kholid.

Dalam Kitab tersebut, dikisahkan bahwa Sayyidina Abu Dzar Al Ghifari RA tidak pernah sedikitpun berbicara buruk kepada Sayyidina ‘Utsman Bin ‘Affan.

Beliau sangat kritis dan sangat keras kepada Gubernur Damaskus pada waktu itu yakni Sayyidina Muawiyah Bin Abi Sufyan RA. Beliau dinilai kurang memperhatikan rakyat kecil dan sibuk dengan para pembesar dan orang-orang kaya saja. Sehingga terjadi kesenjangan di kalangan rakyat yang dipimpinnya.

Sikap Sayyidina Abu Dzar ini membuat Sayyidina Muawiyah geram. Beliau lantas mengirim surat kepada Kholifah agar ‘mengamankan’ Sayyidina Abu Dzar yang dianggap memprovokasi umat.

Maka Sayyidina ‘Utsman-pun mengirim surat supaya Sayyidina Abu Dzar keluar dari Damaskus. Beliau dengan senang hati melakukannya. Tetap sami’na wa atho’na.

Beliau dhawuh, “Jangankan hanya ke Rabzah (lokasinya sangat terisolir dan tidak ada penghuninya waktu itu). Seandainya Kholifah memerintahkan aku untuk pergi ke ujung dunia, aku akan dengarkan dan taati”.

Beliau-pun meninggalkan Damaskus. Di perjalanan beliau dicegat oleh banyak orang dan diprovokasi untuk menjadi pembangkang, agar memimpin pemberontakan kepada Sayyidina ‘Utsman. Bahkan para pendukungnya mengungkit-ungkit masalah pribadi beliau dengan Kholifah, yakni Sayyidina ‘Utsman menghentikan tunjangan istimewa khusus bagi Pahlawan Badar yang masih hidup.

Beliau dengan sangat tegas menolak pendukungnya. Beliau dhawuh, ” Kholifah ‘Utsman adalah sebaik-baiknya manusia yang ada saat ini. Seandainya beliau mengikatku dan mencambuk punggungku, aku akan tetap sami’na wa atho’na hingga aku berjumpa kembali dengan kekasihku, Nabi Muhammad SAW,”

Dari kisah ini, kita tahu bahwa keteguhan hati Sayyidina Abu Dzar Al Ghifari memiliki latar belakang dan jalan cerita yang berbeda. Beliau sangat kritis, dan juga dikenal sangat zuhud. Nama Abu Dzar sangat akrab di kalangan sufi dari ahli zuhud.

Tidak pernah ada satu patah katapun yang berisi makian atau kata yang tidak baik kepada pemimpin tertinggi umat Islam sepanjang masa, semenjak Kanjeng Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Abu Bakar RA, Sayyidina ‘Umar Bin Khotthob RA maupun Sayyidina ‘Utsman Bin ‘Affan RA hingga beliau wafat di pengasingan.

Jadi, sangat jauh dengan apa yang dilakukan oleh Mbah Nun kepada pemerintah saat ini dengan berbagai statemen yang cukup keras. Sebab, memang beda jaman, beda pula sistem pemerintahan yang kita anut.

Sebenarnya itu sah-sah saja. Hanya perlu diperhatikan diksinya sehingga tidak terkesan beraroma kebencian, apalagi menyamakan Presiden Ir H Joko Widodo dengan Fir’aun yang jelas tidak etis bila dibandingkan.

Semoga menjadi pembelajaran berharga bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan hak kebebasan berekspresi dan kebebasan mengemukakan pendapat di muka umum…

Sumber : Status Facebook Shuniyya Ruhama

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed