by

Mabok Agama

Ada seorang politukus tua, pinisepuh sebuah partai yang ‘dulu’ sering disebut oleh dia sendiri sebagai ‘partai allah’.

Begitu beliau ‘tersingkir’, dan anggota ‘partai allah’ itu sowan ke Jokowi, Presiden Republik Indonesia, langsung di nyinyiri. Sebagai ndak berpikir sesuai ‘keimanan’, tinggalkan nilai2 Quran . . .

Sudah ndapuk, perankan, diri sendiri sebagai ‘Pengeran Katon’, tuhan yang bisa kita lihat. Pokoknya begitu ‘sarngi’ melebihi tuhan-nya sendiri. Akuisisi ‘hak allah’. Bisa tentukan mana yang ‘sarngi’ mana yang tidak. Ini salah satu ciri khas kelompok yang ‘itha-ithu’ . . .

Siapakah dia ? Wwk wk wk . . .

Yang terakhir terkait dengan warga ‘Sunda Wiwitan’. Yang mau benahi makam, kuburan, sesepuh mereka sendiri, di tanah sendiri. Dilarang. Rame-rame. Oleh kelompok yang merasa bela ‘ngeslam’, kumpulan ngulama ‘ngeslam’, sampai pejabat yang sok ‘ngeslam’.

Alasannya macem2. Ndak punya IMB, ngajari ‘syirik’, dan lain-lain.

Mungkin ‘tuhannya’ dirasa kurang menarik dan kurang seksi, sampai begitu takut, orang lebih suka dan lebih memilih nyembah kuburan batu, ndak nggubris tuhan mereka . . .

Begitu ndak percaya diri, ndak percaya jika agama-nya benar, seperti yang acap mereka gembar-gemborkan, hingga maksa kaum minoritas untuk mengakuinya, pakai ‘power’ mayoritas . . .

Sunda Wiwitan ini, konon telah ada dan diikuti di tatar Sunda, jauh sebelum Agama Islam, bahkan Hindu muncul disitu.

Nah, ulah, ucapan dan tingkah laku, kelompok ini dan seperti itu, yang disindir oleh postingan FB yang bikin ngakak kami berdua.

Suka pamer. Agamanya benar. Yang lain salah. Yang ndak enaknya lagi, dengan cara paksa. Paksa ngakui, bahkan paksa ikuti. Pakai ‘power’ mayoritas . . .

Agama itu sejatinya merupakan ‘ranah pribadi’ bukan ‘ranah umum’. Dan belum ada bahkan tak pernah akan ada tolok ukur yang bisa dan mampu mengukur kadar ‘keimanan’ seseorang. Juga tak ada yang bisa menjamin seseorang akan jadi ahli sorga atau ‘intip’, kerak, neraka, karena agama yang dipeluknya. Demikian tulisnya, yang saya kutip bebas.

Yang bikin ngakak saat lihat foto yang dilampirkan. Tak screenshot, agar bisa tak besarkan. Biar bisa dengan jelas bacanya.

Ada tertulis di sebuah ‘papan pengumuman’. Mungkin editan. Tapi ndak papa, yang tertulis sangat mengena dan ‘penuh makna’.

Agama itu seperti alat kelamin. Tertulis dalam huruf ‘kapital’, besar-besar. Lalu diberi ‘catatan kaki’, uraian, atau ‘tafsir’ pendek. Namun lugas dan bernas.

Bagus kalau anda ‘mempunyainya’, dan boleh juga ‘membanggakannya’. Tapi, jangan ‘pamerkan’ kelamin anda di tengah jalan sambil teriak-teriak.

Apalagi memaksa orang lain ‘memeluk’ Alat Kelamin anda !

Dan spontan kami, saya dan Nyonya, ngakak. Ndak putus-putus . . .

Juancoooook !

Sumber : Status Facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed