by

LGBT Itu Apa

Oleh : Novizal Kzan

Lagi rame masalah LGBT gara2 Coldplay mau manggung di Indonesia.

Setau saya nih ya, kalau dulu LGBT masuk dalam kategori “gangguan mental” yang artinya masuk dalam istilah penyakit jiwa, maka pada tahun 2019 WHO sudah mencabut LGBT sebagai bagian dari disease/penyakit dan pada 1 Januari 2022 akan diganti menjadi “ketidaksesuaian gender”, artinya LGBT menjadi dianggap ketidaknormalan, bukan penyakit.

Saya kok ya setuju. Dasar berpikirnya begini.

Manusia dianggap terlahir normal apabila secara fisik memiliki tubuh yang terdiri dari beberapa organ tubuh yang dianggap normal, sebut saja misalnya memiliki dua tangan dan dua kaki.

Lalu apabila ada manusia yang dilahirkan, secara fisik tidak memiliki salah satu organ tersebut, maka dianggap manusia tersebut memiliki ketidaknormalan fisik. Ketidaknormalan fisik ini akibatnya mengganggu seseorang untuk beraktifitas fisik sehingga “ketidaknormalan fisik” ini lebih dikenal dengan “disabilitas”.

Lalu bagaimana dengan LGBT. Kalau saya sih menganggap LGBT adalah ketidaknormalan mental.

Ketika manusia “normal” secara seksual tertarik dengan lawan jenisnya, maka manusia dengan “ketidaknormalan mental” itu tidak lagi tertarik dengan lawan jenis, bisa saja tertarik dengan sesama jenis atau mahluk atau benda2 lain. LGBT masuk ke dalam kategori ini.

Lalu bagaimana dengan perlakuan kita terhadap LGBT?

Ya saya sih menganggap perlakuan orang dengan ketidaknormalan mental sama seperti kita memperlakukan orang dengan ketidaknormalan fisik/disabilitas.

Yaitu hak2-nya sebagai manusia harus dihormati sama seperti manusia lain tanpa ada diskriminasi.

Apakah saya menolak LGBT? Kalau dengan definisi yang saya sebutkan di atas, yang artinya LGBT adalah orang yg dilahirkan dengan ketidaknormalan mental, maka apa hak saya menolak LGBT? Itu mah urusan yang menciptakan manusia.

Oh kalo gitu apakah saya mendukung LGBT? Ya kalau sudah terlahir dengan kondisi ketidaknormalan mental, apa yang harus didukung? Yang ada harusnya difasilitasi hak2nya.

Bagi saya ini aneh, ketidaknormalan mental kok jadi dianggap seperti suatu paham kayak marxisme, liberalisme, komunisme, kapitalisme, deesbe deesbe….sehingga akan ada pihak yg menolak atau mendukung.

Ha wong ketidaknormalan mental terlahir begitu saja kok. Emang ada kelompok orang yang mendukung ataupun menolak orang dengan disabilitas?

Yang ada adalah memberikan fasilitas agar hak2nya sebagai manusia terpenuhi.

🤡 tapi khan ada orang yang normal terus berubah jadi LGBT?

Ha menurut saya itu berarti memang terlahir LGBT, hanya karena lingkungannya tidak mendukung, maka ketidaknormalan mental itu ditekan dalam2. Begitu mendapatkan lingkungan yang mendukung, maka dengan bebas bisa menunjukkkan ketidaknormalan mental tsb.

Gitu loh menurut saya. Kalo ada yang bisa ngasih opini yang lebih baik, ha mbok ya disharing, tapi nggak usah pake basis agama ya… saya mau cari opini berbasis logika.😂😂

Saya ini sebenernya masuk kategori ketidaknormalan mental karena merasa sangat menyukai Pevita padahal dia nggak kenal saya….makanya tolong saya difasilitasi!

Sumber : Status Facebook Novizal Kzan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed