by

Kita Percaya Kun Fayakun atau Sim Salabim?

Oleh: Budi Jolong

Kecerdasan tinggi tanpa dibarengi naluri, atau rasa, yg dlm bahasa buminya biasa disebut “Tepa Selira”, akan menjadi petaka bagi diri dan lingkungan yg berdampak. Tragedi duren tiga yg menyita perhatian dan energi seluruh lapisan masyarakat tsb sebagai bukti, bahwa IQ tinggi tanpa diimbangi intelektual batin dampaknya sangat merugikan masyarakat luas.

Dan sprtinya sdh waktunya kita kembali pada jatidiri bangsa kita yg dikenal relijius dan toleran.

Krn kecerdasan akal manusia tdk bakal mampu menampung Ilmu Alloh SWT yg luasnya tdk bisa terhitung. Maka klo semua hanya disandarkan pada logika otak manusia tanpa melibatkan rasa keseimbangan bumi (baca kehidupan) jadi terganggu.

Fenomena yg sama dan membuat horeg dumay juga terjadi tentang viralnya selisih pandang antara pesulap merah dan Gus Samsudin Jadab (GSJ).

Pesulap merah menggunakan trik or logika, sedang GSJ berpegang pada ilmu hikmah, rasa, atau goib.

Klo masyarakat tergiring opini hanya percaya pada pesulap merah yg mengedepankan pembuktian logika tanpa telaah rasa, krn faktanya tdk semua ilmu Alloh bisa dilogikakan, saya malah jadi ngeri, bagai mana kelak kita akan menjelaskan pada anak cucu kita, bahwa nabi Musa AS pernah membelah laut dgn tongkat, bahwa Nabi Isa AS pernah menghidupkan orang mati, bahwa Baginda Nabi Agung Muhammad SAW pernah melakukan perjalanan kilat ke langit saf tujuh, dlst

(Sumber: Facebook Budi Jolong)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed