by

Kisah Anak 2-6 Tahun Bertemu Ahok 1 Jam

Oleh : Meicky Shoeramanis

Tulisan ini dibuat oleh Felicia, guru TK Domba Kecil. You can easily judge the character of a man by how he treats those who can do nothing for him.

Tanggal 1 April 2016 sekolah saya, KB-TK Domba Kecil, saat mempelajari topik ‘Tanah Airku: Kota Jakarta”, berkunjung ke Balai Kota. Saat pertama kali telepon ke Balaikota, kami diberitahu bahwa Wisata Balai Kota hanya bisa pada hari Sabtu dan Minggu. Pantang menyerah, kami lalu mengirim surat, memohon agar bisa berkunjung di hari biasa, sukur-sukur bisa foto bareng Pak Ahok.

Seminggu kemudian, kami ditelepon balik: Pak Ahok bersedia memberikan waktu 1 jam untuk tanya jawab dengan anak-anak!!! Kami betul-betul kaget. Kami langsung semangat empat-lima! Anak-anak sekolah kami rata-rata usianya di bawah 6 tahun. Supaya mereka mengerti konteksnya, segera dirancang persiapan intensif untuk dilakukan sepanjang waktu yang tersisa – 3 minggu. Daya nalar dan kosakata anak-anak ini masih terbatas: kata “gubernur” atau “pemimpin” saja belum mereka pahami betul. Namun tiap hari selama 3 minggu, guru-guru dengan sabar dan berhati-hati menjelaskan siapa itu Ahok supaya hasil kunjungan ke Balai Kota tidak hanya berupa foto bareng Pak Ahok.

Anak-anak diajarkan siapa itu Ahok dan apa yang sudah dilakukan Ahok untuk Jakarta dengan bahasa sesederhana mungkin: “bersihin Jakarta, ngurangin banjir, angkutan umum dibagusin, jalanan dibenerin, MRT dibangun”.

Kami jelaskan juga bahwa dulu sebelum dipimpin Ahok, Jakarta tidak tertib karena uang yang seharusnya dipakai untuk beres-beres, bersih-bersih, dicuri. Sejak Pak Ahok menjadi Gubernur, uangnya kota Jakarta jadi sulit untuk dicuri. Para pencuri marah karena sudah tidak bisa mencuri dengan bebas lagi, karena itu, mereka beramai-ramai memusuhi Pak Ahok. Meskipun dijebak, diancam mau dibunuh, kantornya mau dibakar, Pak Ahok tidak pernah takut karena Pak Ahok tahu bahwa dia melakukan apa yang benar dan Tuhan selalu bersama beliau.

Akhirnya tibalah waktu kunjungan. Sambutan staff Pak Ahok baik sekali. Anak-anak disuguhi minum dan snack box. Pagi itu Pak Ahok agak terlambat karena menurut peraturan, setiap hari Jumat pertama PNS tidak diijinkan untuk naik kendaraan pribadi. Beliau naik Kopaja dari rumahnya. Setelah ditunggu kira-kira 20 menit, tibalah Pak Ahok di ruang Rapat Pimpinan, tempat murid-murid Sekolah Domba Kecil diterima. Salah satu murid TK B, Evann, memimpin ibadah sekitar 10 menit. Pak Ahok yang pernah beberapa belas tahun jadi guru sekolah minggu seneng banget.

Setelah selesai, anak-anak bertanya. Beberapa pertanyaan di antaranya: 1. Evann:

Gimana sih bisa jadi kayak Bapak Ahok?

Jawaban:

Evann harus lebih hebat dari Pak Ahok. Kalau mau jadi pejabat harus adil dan tidak terima suap.

2. Evann:

Gimana supaya uangnya Jakarta gak bisa dicuri lagi?

Jawaban:

Sudah dibuat sistem yang online supaya orang-orang bisa liatin uangnya. Jadi kalo ada maling pasti ketahuan.

3. Reva, anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder):

Reva mau naik MRT dari bengkel Reva di Jelambar, bisa gak?

Jawaban:

Bisa, tapi harus naik bus dulu baru sambung MRT. 4. Edward:

Gimana caranya bikin kereta bawah tanah? Jawaban:

Kita dibantu oleh orang Jepang yang punya teknologi ngebor, sekaligus nyemen.

5. Evann:

Gimana supaya berani kayak Pak Ahok? Jawaban:

Hidup ada di tangan Tuhan. Jadi buat apa takut?

Setelah tanya jawab, Pak Ahok mengajak anak-anak untuk menonton cuplikan film “Finding Nemo” dan menjelaskan artinya: Ceritanya Nemo sengaja masuk dalam jaring nelayan. Papanya melarang tapi Nemo tetap berusaha menyelamatkan ikan-ikan yang terjaring. Awalnya semua ikan berenang ke atas dan Nemo sendirian berenang ke arah bawah sampai akhirnya ikan-ikan disadarkan Nemo bahwa mereka seharusnya berenang ke bawah. Setelah mereka bersama-sama berenang melawan arah jaring diangkat, mereka bisa bebas dan nggak jadi mati tertangkap. Tapi apa yang terjadi dengan Nemo? Tidak ada yang pedulikan Nemo padahal Nemo terkapar pingsan setelahnya. Tidak ada yang bilang terima kasih. Kamipun harus begitu, walaupun sulit, resiko besar, dan pada akhirnya tidak ada yang bilang terimakasih, tidak ada yang menghargai kami, kami tetap harus jujur, berani melakukan yang benar karena itu akan menyelamatkan orang banyak.

Saat Pak Ahok jelasin tentang Nemo, semua anak hening, mereka sungguh-sungguh memperhatikan padahal rentang usia mereka dari 2-6 tahun, mayoritas balita. Kami betul-betul bisa melihat bahwa Pak Ahok dapat hikmat dari Tuhan. Tamunya dari profesor hingga anak KB-TK. We’re so humbled. Pak Ahok betul-betul memikirkan dan menyambut anak-anak hingga menyiapkan film seperti itu supaya anak-anak mengerti.

 

Sebelum pulang, murid kami, Marco, yang juga memiliki ASD, berdoa untuk Pak Ahok supaya tetap menjadi pemimpin yang jujur dan berani. Kami lalu memberikan cinderamata yang isinya pesan dari anak-anak supaya Pak Ahok tetap jujur. Anak-anak TK B kami minta untuk menuliskan sajak kejujuran dan ayat Alkitab disertai ilustrasi yang sesuai dengan imajinasi mereka di selembar kertas. Dari seluruh karya anak TK B, yang akhirnya kami pilih adalah karya Joe, seorang anak dengan Down’s Syndrome (DS). Kami tidak memilih karyanya semata-mata karena dia anak dengan DS, tetapi karena secara komposisi warna dan ilustrasi, karya Joelah yang paling baik.

Sebagai kenang-kenangan, setiap anak diberi kartu nama yang ditandatangani langsung oleh Pak Ahok. Pak Ahok baik banget, mereka diajak keluar lewat pintu belakang ruang Rapim yang ternyata adalah jalan tembus ruang istirahat dan kantornya. Anak-anak sempat ngeliatin buah-buahan segar Pak Ahok yang ada di meja kerjanya dan beliau dengan bersemangat menawarkan.

Oh ya, sebelum berjalan keluar dari ruang Rapim tadi, kami minta Pak Ahok untuk ikut membacakan sajak dan ayat bersama-sama: Kukan berkata benar // Walaupun itu sukar //

B’ri dorongan pada sekitar //

‘tuk lakukan yang benar //

Mengaku jika salah // Tidak membesar-besarkan //

Walaupun ku tergoda // Takkan curi dan curang.

Amsal 21:8,”Berliku-liku jalan si penipu, tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya.”

12 April 2016

Felicia, Guru KB-TK Domba Kecil ** (ak)

Sumber tulisan : kompasiana.com

Sumber foto :merdeka.com

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed