by

Ketika Masjid Direbut

Orang-orang ini lalu menawarkan ustadz-ustadz mereka untuk mengisi kajian dan berkhutbah Jumat di masjid itu. Takmir menerima mereka, lagi-lagi, karena memang mereka ini dianggap baik.

Perlahan-lahan, corak keagamaan di masjid itu berubah. Bedug tak lagi berbunyi. Selepas adzan sambil menunggu iqamah, tak ada lagi pembacaan puji-pujian dan selawat. Tidak ada lagi majelis zikir, Yasin tahlil, Asmaul Husna, dan semacamnya. Qunut subuh menghilang. Mungkin tak ada juga zikir dan berdoa bersama dipimpin imam setelah salat.

Ceramah keagamaan yang diajarkan di masjid tak lagi terasa agamanya. Setiap hari mengatakan ‘itu kafir’, ‘itu bidah’, itu ‘salah’. Kalau musim politik ceramahnya jadi ‘pilih si onoh mendukung komunis’, ‘yang pilih si ituh kafir otomatis di neraka’, ‘pilih ini yang sama muslimnya’. Ceramah keagamaan jadi penuh hasutan dan ujaran kebencian.

Tidak ada lagi remaja masjid bermain rebana. Adanya remaja masjid jadi tukang marah-marah. Mudah membidahkan dan mengafirkan. Sedikit-sedikit terhasut untuk demo. Ada juga yang kemudian pergi ke luar negeri, alasannya ‘mau jadi mujahid’.

Ini ilustrasi belaka, namun agaknya kejadian ini sering terjadi di Indonesia. Masjid ‘direbut’ secara perlahan. Sampai ada pepatah ‘kalau orang NU ke masjid sandalnya hilang, kalau orang Muhammadiyah ke masjid qunutnya hilang, kalau golongan Yang Namanya Tak Boleh Disebut ke masjid ya masjidnya yang hilang’.

Ujung-ujungnya masjid cuma jadi tempat berpolitik, dalam artian agama ditunggangi demi kepentingan politik golongan ‘perebut masjid’ ini. Lebih parah lagi, disebutkan dalam buku Ilusi Negara Islam (diterbitkan oleh The Wahid Institute dan Maarif Institute), cara perebutan masjid ini sering digunakan kelompok-kelompok Kau-Tahu-Siapa untuk menanamkan ideologi khilafah. Dengan kata lain, masjid dipakai untuk menggalang massa untuk melakukan ‘makar’.

Secara pribadi, saya tak masalah masjid yang tidak berselawat, tidak berqunut, tidak gelar Yasinan, dll. Sebab itu adalah hal khilafiyah. Toh, saya sering juga salat di masjid yang tak berselawat, tak berqunut, dll. Saya hanya merasa masalah dengan penggunaan masjid untuk agenda politik praktis atau sarana memecah-belah umat Islam. Lebih-lebih penggunaan masjid untuk menanamkan paham yang tidak sesuai dengan dasar negara kita.

 

(Sumber: Facebook Aldinshah V)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed