by

Keseriusan Penanganan Banjir Jakarta

Oleh : Soedjarwo Marsoem

Jika melihat data curah hujan dan penyebarannya, hujan beberapa hari terakhir masih dibawah curah hujan tahun lalu (Januari 2020), Ternyata kemudian terjadi banjir di berbagai titik. Kejadian banjir ini bukan hanya karena hujan di DKI Jakarta saja, tapi juga rob dari laut dan pengaruh hujan yang jatuh di catchment area, mengalir melalui sungai yang hilirnya di Jakarta dan air pasang naik dari laut yang dampaknya berbeda sesuai kondisi masing masing titik juga daya dukung lingkungannya.Jakarta terletak di hilir beberpa sungai yang memiliki karakteristik masing masing, artinya hujan di daerah aliran sungai tersebut juga ikut mempengaruhi.

Jangan lupa bahwa BMKG juga sudah mengingatkan ini sebelumnya. Peran BMKG yg diamanahkan oleh UU No 31 tahun 2009 merupakan lembaga resmi yg berhak mengumumkan kepada publik dengan semua analisa data ini kan tujuannya untuk pengambil keputusan dan solusi, antisipasi lebih baik, juga melalui kajian kajiannya yang diakui oleh WMO (World Meteorologi Organization), Itu saheh! bukan sekedar menggunakan Tata Kata bahkan bawa bawa Sunatullah tanpa ikhtiar dan amalan yg bener hanya dengan pompa dan sumur resapan proyek proyekan yang ga significant. “Disatu sisi menyiapkan jalur jalur air untuk dikirim kelaut, disisi lain dilautnya dipasang dengan pulau reklamasi. Tinggal tunggu jadi waktu jadi rob, air balik. Dan ini melawan sunatullah. Kenapa? air itu turun dari langit ke bumi, bukan kelaut. Harusnya dimasukkan kedalam bumi, masukkan tanah! Diseluruh dunia itu air jatuh itu dimasukkan ke tanah, bukan dialirkan pakai gorong gorong raksasa kelaut. Jakarta telah mengambil keputusan yang fatal”.

Kalo kita ingat statement diatas, dan kalo percaya apalagi diyakini dengan fakta dilapangan, kita pasti sedih dan menyesal sekolah tinggi tinggi bahkan sampe kuliah dari mulai belajar hidrologi, meteorologi, teknik tanah dan air, konservasi, bendung dll bahkan ada yang belajar sampe jauh jauh ke Belanda bisa nangis campur geli. Info dan data BMKG ga dipake sama AB apa ya….Iman dan Ilmu rupanya ga jalan bareng nih AB. Menurutnya Intinya air hujan harus dimasukkan ke tanah, gimana pun caranya. Gak mau ngaku salah.

Padahal jika kita lihat prinsip yg dipegang AB dan kita lihat realisasi pembangunan sumur resapan di Jakarta saat ini kacau dan jumlahnya jauh dari target yang dicanangkan Pemprov DKI sendiri th 2020-2022 yakni sebanyak 1 juta lebih sumur resapan. Nah.. serius ga sih? Penyerapan anggaran lebih dikedepankan daripada penyerapan air. Sepertinya knowledge dan skill jadi terberangus, atau ga serius ngurusin, ga tanggung jawab kpd rakyat. Akhirnya kita bisa merasakan juga mengapa dia dipecat pakde Jokowi yg senengnya kerja kerja kerja, logis, progresif.. model kerja dan hasil ini cocok banget dgn pak Basuki PUPR. Tapi masa sih sampe segitunya logika berpikirnya? Atau memang sengaja supaya AB dibully? Rekam jejak! gimana dong? kan kita bisa ambil kesimpulan ada dasarnya dari info, data, sekuens yg ga sepotong.. ga tau kalo ada hal lain yg ga terlihat atau ga diketahui.

Nyatanya di Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI banyak yg paham tentang ini kok nyatanya mboten up? sampe pak Basuki PUPR gemes sendiri. Sepertinya AB kayak untouchables. Kalo menurut info karena dia juga dearest-nya Uncle Sam. Ya mau gimana. Jadi sak enakne dewe jalanin pemerintahan di ibukota. Dableg! Belum lagi kalo bicara banjir beneran… ga mudah. Mengantisipasi banjir 10 m3/detik saja bukan hal mudah, ada 13 Sungai yang hilirnya di DKI Jakarta, setiap sungai memiliki karakter masing masing. Salah satunya yang significant adalah Ciliwung bila banjir besar bisa lebih 100m3/detik. Bayangkan itu setara dgn lebih 100ton per detik! Menerjang apapun yang dilaluinya. Ini ga bisa diantisipasi ga serius.

Memang sih banjir dari dulu, tapi tunjukkan dong keseriusan dan tanggung jawabnya. Daya dukung lingkungan makin perlu penanganan serius. Melihat statement AB terakhir, tetap menyalahkan dan cuci tangan tampaknya dia mengandalkan ngeles lagi bahwa ini urusan terpadu yg harus diambil oleh Pusat. jago pencitraan juga oportunis sejati. Wagubnya lagi bilang β€œkita ga bisa atur hujan”. Emang dia tuhan? Kan harusnya ada antisipasi. Profesional, skill teknis kalah sama kepentingan politik, dia seharusnya ngerti, bahkan awam saja tau bagaimana BMKG yg diamanahkan UU bahkan diakui WMO untuk masalah info, peringatan terkait Cuaca, Iklim, Geofisika dan Meteorologi di Indonesia saja sepertinya ga dipake, padahal sekarang teknologinya jauh lebih canggih.

Bukan hanya peringatan dini tapi juga data BMKG bisa dipergunakan untuk menyikapi pengendalian banjir, apakah banjir besaran 5 th an, 25th an, 50th an ?Ini tidak semudah sekedar membangun sumur resapan yang ga significant itupun ga serius. Perlu perbaikan daya dukung lingkungan, normalisasi sungai, pemeliharaan dan menjaga sistem drainase dari sungai, anak sungai hingga saluran kecil bahkan sampe tingkat RT. Mana coba? Saya berupaya komen ga nyinyir atau tidak suka, ini mempergunakan dasar, data, informasi, knowledge dan merasakan sendiri sebagai warga DKI Jakarta. Saya ga melihat keseriusan itu, malah sepertinya terganggu dalam integritas yg menyangkut ketulusan, kejujuran, komitmen, tanggung jawab, kepercayaan dan fairnes yg konsisten.

Sumber : Status Facebook Soedjarwo Marsoem

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed