Oleh : Mimi Hamida
Sebuah brand jilbab dan pakaian islami membuat iklan dengan narasi yang membuat banyak orang meradang. Begini narasinya:
“Ketika perempuan berpakaian serba minim, jika terjadi pelecehan, siapakah yang salah?
Posisi Wanita tidak salah jika dilihat dari sudut pandang Wanita karena setiap Wanita berhak menggunakan pakaian apa pun. Jadi, laki-lakinya aja yang mesum.
Namun jika dilihat dari sudut pandang pria, Wanita yang berpakaian terbuka itu bodoh. Tidak ada asap jika tidak ada api. Wanita yang berpakaian terbuka akan mengundang seorang pria punya niat dan berpikiran jorok. Tidak berlaku untuk sebaliknya … dst.”
Narasi ditutup dengan pertanyaan:
Jadi, pria yang salah, atau wanitanya yang bodoh?
VICTIM BLAMING.
Ya, narasi ini adalah narasi victim blaming, bahwa jika terjadi pelecehan, itu berarti salah korban. Korban dianggap mengundang untuk dilecehkan. Dan, narasi ini terkesan menormalisasi pelecehan: bahwa ya wajar dilecehkan, soalnya pakaiannya terbuka, sih.
Hmm …
Jadi sebetulnya, kenapa sih seorang lelaki bisa melecehkan seorang perempuan?
Karena pakaian si perempuan yang terbuka?
No. Karena nyatanya, tidak semua lelaki auto pengen grepe-grepe dan merasa berhak melecehkan saat melihat seorang perempuan berpakaian terbuka.
Jawaban pertanyaan ini sama dengan jawaban atas pertanyaan kenapa seorang suami bisa selingkuh, yaitu, karena INGIN.
Seorang lelaki bisa melecehkan seorang perempuan karena memang dia ingin dan berniat melecehkan.
I know dan ini no debate, jika bagi orang Islam, memang WAJIB HUKUMNYA UNTUK MENUTUP AURAT. Suka nggak suka, memang begini aturan Islam. Tapi, apakah Islam mengajarkan bahwa yang masih terbuka pakaiannya lantas jadi boleh dan layak dilecehkan? Enggak, kan?
Kenapa perempuan yang berpakaian tertutup tetap bisa jadi korban pelecehan dan faktanya memang tidak sedikit perempuan berpakaian tertutup jadi korban pelecehan? Ya karena memang si pelaku INGIN melecehkan.
Qaddarullah, aku pernah jadi korban pelecehan padahal aku berpakaian tertutup. Saat kejadian, aku memakai celana panjang berbahan kain (celana kerja) alias bukan celana model pensil yang ketat, atasan tunik sedengkul yang juga tidak ketat, dan jilbab segi empat menutup dada. Bahkan, aku berbocengan motor dengan suami. Tapi, seorang lelaki tetap melecehkanku. Lelaki itu memegang dan meremas pahaku.
Kenapa bisa begitu? Ya itu tadi. Karena si lelaki ini memang INGIN melecehkan.
Bertahun-tahun sebelumnya, qaddarullah, aku juga pernah mengalaminya. Mau tahu pakaianku seperti apa saat kejadian?
Coat musim dingin tebal sedengkul, sepatu boot sedengkul, kedua telapak tangan tertutupi kaus tangan tebal, pakai hijab, pakai topi hangat, juga pakai syal tebal yang bahkan menutupi separuh muka. Masih menyalahkan pakaian?
Balita dan anak-anak yang dilecehkan. Apakah karena pakaian?
Para lelaki yang juga sekarang ini tidak sedikit yang menjadi korban pelecehan. Apakah karena pakaian?
No. Semua karena memang pelaku INGIN melecehkan.
Alasan pakaian korban hanyalah cara ngeles para pelaku pelecehan agar pelecehan yang mereka lakukan bisa dimaklumi dan diwajarkan.
Lagi pula, sejak kecil, bukankah kita diajari untuk tidak mengambil/menikmati sesuatu yang bukan hak kita?
Maka seharusnya kita sadar jika kita tidak boleh merasa berhak memegang sesuatu yang bukan hak kita, termasuk memegang (melecehkan) perempuan meski perempuan itu telanjang sekali pun.
MASIH BANYAK PEREMPUAN BERPAKAIAN TERBUKA
Iya, memang banyak perempuan berpakaian terbuka di sekitar kita. Tapi, apakah itu menjadikan mereka jadi layak dan wajar untuk dilecehkan? Tidak.
Dulu saat masih di Inggris, aku tinggal satu atap dengan lawan jenis. Total ada 5 penghuni, 2 mahasiswi (aku dan seorang mahasiswi S-3), dan 3 mahasiswa, dengan dapur dan dua kamar mandi dipakai bersama.
Apakah terjadi pelecehan karena kami tinggal se-atap? Tidak. Karena memang mereka tidak ingin melecehkan.
Di Inggris, ada yang namanya festival naked cycling alias bersepeda dengan telanjang bulat. Betulan telanjang bulat tanpa sehelai benang pun.
Terjadi pelecehan atas mereka yang berpartisipasi? Tidak, karena tidak ada yang ingin melecehkan.
YA TAPI KAN LAKI-LAKI EMANG MAKHLUK VISUAL.
Well, oke. I know it.
Perkara ini, aku selalu ingat penjelasan suami saat suatu hari, aku bertanya kepadanya tentang bagaimana reaksinya sebagai seorang lelaki saat melihat perempuan berpakaian seksi, misalnya perempuan yang roknya mini dan belahannya dadanya kelihatan.
Penjelasan yang seharusnya bisa ‘menampar’ orang-orang yang selalu menyalahkan pakaian korban.
Begini kata suami:
“YA SEBAGAI LAKI-LAKI, PASTI MAS BEREAKSI, WONG NAMANYA COWOK NORMAL. TAPI, KARENA SADAR ITU BUKAN HAK MAS, YA MAS STOP ITU CUMA SAMPAI DI PIKIRAN.”
“LALU MAS ALIHKAN PIKIRAN MISALNYA DENGAN KESIBUKAN. BUKAN MALAH TERUS MENYALURKAN ITU JADI PERBUATAN MISALNYA DENGAN MELIRIK NAKAL, CAT CALLING, ATAU PELECEHAN YANG LEBIH EKSTREM, KARENA MESKI DIA BERPAKAIAN SEKSI, BUKAN BERARTI DIA JADI HALAL DILECEHKAN.”
“SEBAGAI LAKI-LAKI, SAAT MELIHAT PEREMPUAN, BAIK BERPAKAIAN TERTUTUP ATAU BERPAKAIAN TERBUKA, MAS SELALU PUNYA PILIHAN UNTUK MELECEHKAN ATAU UNTUK TIDAK MELECEHKAN. MAS MEMILIH TIDAK MELECEHKAN.”
See?
Stop di pikiran, bukan malah menyalurkannya jadi perbuatan dengan justifikasi pakain korban. Karena para lelaki selalu punya pilihan untuk tidak melecehkan.
Jadi sekali lagi, yang membuat seseorang melecehkan adalah karena memang dia ingin melecehkan.
Baik laki-laki atau perempuan, jika dia melecehkan seseorang, itu karena memang dia ingin melecehkan.
Semoga Allah menjaga kita semua.
Karena lelaki pun bisa jadi korban pelecehan, baik oleh sesama lelaki atau oleh perempuan.
Sumber : Status Facebook Mimi Hamida
Comment