by

Kemerdekaan Harus Jadi Tempat Buat Banyak Orang

Usianya tak lagi muda. Tahun ini menjadi tahun ke-95 baginya melihat dunia dengan berbagai perubahannya.

Saat tanah merah dan semak belukar belum tergantikan gedung-gedung pencakar langit, atau ketika bambu runcing menjadi senjata hingga akhirnya Sukarno membacakan Proklamasi sebagai pernyataan bahwa Indonesia kini merdeka, masa-masa itu pernah dilaluinya.

Abednego Abu Arifin, pria kelahiran 19 Januari 1921 itu tampak hadir mengikuti peribadahan bersama ratusan jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin dan HKBP Filadelfia di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (14/8/2016).

Ia sengaja hadir di tempat ini, di tepi jalan yang sarat kebisingan kendaraan sebagai bentuk solidaritas terhadap para jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia. Meskipun demikian, hal itu tak mengganggu kekhidmatannya dalam peribadaan kali ini.

Ia menundukkan kepala bersama yang lainnya ketika salah seorang pendeta meminta jamaat berdoa. Bahkan, ia juga ikut berdiri, dan berusaha tegap saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan.

Di tengah sesi peribadatan kali ini, ia diberikan kesempatan untuk berbicara di depan jemaat. Suaranya terdengar sangat parau, menggambarkan umurnya yang hampir satu abad.

Dihadapan jemaat, ia sedikit bercerita mengenai perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan saat itu.

“Saya membawa Pak Sudirman bergerilya, dari Yogyakarta ke Kediri, 203 hari jalan kaki,” tutur Arifin.

Menurut dia, apa yang dilakukan hari ini merupakan buah dari perjuangan para pahlawan kala itu. Kehidupan yang seharusnya lebih baik tanpa harus kembali mengangkat senjata untuk saling membunuh sesama manusia.

Ia menyayangkan, di tengah kemerdekaan, masih ada sebagian warga yang tak mendapatkan haknya. Salah satunya kebebasan menjalankan ibadah dan keyakinan seperti yang dirasakan oleh jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia. Semestinya, kemerdekaan tidak dimaknai seperti itu.

“Kemerdekaan harus menjadi tempat buat banyak orang,” kata dia.

Mantan ajudan Jenderal Sudirman itu mengaku terpanggil untuk kembali berjuang setelah mendengar sebagian masyarakat belum mendapatkan kemerdekannya itu.

“Saya diceritakan, mereka sampai ke pengadilan, menang dan sebagainya tapi sekarang belum bisa lakukan ibadah, rumah(ibadah)nya masih segel. Saya akan mencoba usahakan bisa terbuka,” kata dia.

“Saya akan coba, saya akan usahakan bisa terbuka,” kata Arifin kembali menegaskan. Tubuhnya yang tua renta seakan tak menyurutkan semangatnya.

Bahkan, ia berniat akan menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyampaikan persoalan yang sudah terjadi sejak lama ini.

“Saya akan temui Presiden, saya akan kemukakan. Saya akan temui Bupati Bekasi dan Wali Kota Bogor,” ujar Arifin.

Ia pun juga meminta, para jemaat untuk tidak pernah putus asa atas upaya yang diperjuangkan.

Ora et labora, berdoa dan bekerja,” kata dia.

Terkahir, ia sampaikan dirgahayu bagi Indonesia seraya berteriak, “Merdeka. Merdeka. Merdeka!”

“Merdeka. Merdeka. Merdeka,” sahut para jemaat di kala senja perlahan tiba. (Kompas)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed