Oleh : Muhammad Nurdin
Di penghujung Juni 2021 kita sama-sama merasakan amukan covid-19 yang dahsyat. Pemerintah pun mengambil langkah cepat. 1 Juli 2021 diterapkan PPKM Darurat. Banyak pihak berteriak. Menyampaikan ketidak-setujuan dan kegusaran. Karena dibalik pembatasan, faktor ekonomi yang jadi sasaran.PPKM Darurat pun berjalan. Layaknya pil pahit, ia harus tetap ditelan. Sebab kesembuhan datang dari rasa pahit yang dikecap. Presiden tahu ini demikian menyakitkan, tapi lebih menyakitkan melihat bangsa ini jadi bulan-bulanan corona.
Dua pekan berjalan, PPKM gagal turunkan penularan. Kurvanya meroket. Suara bising oposisipun makin nyaring. Membuat tensi penanganan covid-19 ikut naik. Presiden Jokowi pun diminta mundur karena dianggap gagal. 18 Juli 2021. Kita berhadapan dengan puncak penularan, 44.721 kasus baru. Rumah Sakit penuh. Orang berebut penanganan. Tenaga kesehatan mulai kewalahan menghadapi gelombang kedua pandemi. Tapi di sisi lain. Masyarakat mulai sadar tentang pentingnya prokes juga vaksin. Kita pun mulai memadati sentra-sentra vaksinasi. Pemerintah juga makin giat menempuh jalur diplomasi untuk memenuhi kebutuhan vaksin. Hingga kita tak pernah kekurangan vaksin hingga saat ini.
Dan Tuhan tak pernah meninggalkan kita. Menghargai ikhtiar kita. Juga mendengar sederetan pinta kita agar negeri ini bisa kembali sehat. 19 Juli 2021 kurva sebaran covid mulai menurun. Diikuti hari-hari berikutnya. Meski sempat naik, tapi hingga di penghujung Juli, angka sebarannya makin menurun.Agustus adalah bulan penuh keberkatan untuk kita semua. Bulan paling bersejarah bagi negeri ini. Dan Tuhan rupanya telah menyiapkan kado spesial menyambut Hari Kemerdekaan Negeri ini yang ke-76.
2 Agustus 2021 kado spesial itu datang. Sang Saka Merah Putih berkibar di Jepang, diiringi alunan Indonesia Raya. Setiap kita demikian emosional. Dada kita bergemuruh. Mata kita berkaca-kaca. Tanpa terasa, pipi kita mulai basah.Tuhan sepertinya sedang menghibur kita. Dia meyakinkan kita bahwa kita hanya perlu bersatu untuk keluar dari masalah pandemi ini. Layaknya dulu saat kita akhirnya bisa mewujudkan mimpi seluruh tumpah darah Indonesia pada 17 Agustus tahun 45 silam.
Sebaran covid-19 kian turun. Pemerintah juga mulai menurunkan level pembatasan. Aktivitas masyarakat mulai kembali normal meski dengan serangkaian protokol kesehatan yang ketat juga pembatasan di beberapa lini. Senin kemarin, terjadi 3.779 kasus baru. Tentu ini pencapaian yang luar biasa. Di tengah tetangga kita Malaysia belum bisa keluar dari amukan corona. Itulah yang membuat mereka heran sekaligus takjub. Mengapa Indonesia bisa demikian cepat hadapi gelombang kedua pandemi?
Padahal, Malaysia lebih dahulu menerapkan pembatasan berupa lockdown pada 1 Juni 2021. Tapi rupanya, sebaran covid tak bisa selesai hanya dengan pembatasan. Ada faktor lain yang harus ditempuh. Yaitu menggalakkan vaksinasi. Indonesia tak punya fasilitas produksi vaksin. Kerja keras Kementerian Luar Negeri untuk melobi negara-negara produsen vaksin patut kita puji dan syukuri. Sebab, ikhtiar vaksin inilah yang sudah terbukti menekan sebaran covid.
Saya melihat. Ada satu sosok yang tak kenal lelah mendorong masyarakat untuk vaksin. Ya, dia adalah Presiden Joko Widodo. Di setiap kunjungan kerjanya, Presiden selalu menyempatkan diri untuk melihat proses vaksinasi di daerah. Lalu ia publikasikan di berbagai akun media sosialnya dengan dibubuhi kalimat yang memotivasi kita untuk sadar vaksin.
Setiap Kepala Daerah perlu untuk menaruh perhatian ke arah ini. Terus mengajak warganya untuk vaksin dan membuat skema vaksinasi yang mudah tanpa harus menciptakan kerumunan. Jika ikhtiar ini menjadi jalan kita bersama, sebaran covid-19 akan terkunci. Dan negeri ini bisa kembali pulih.Menjadi pemimpin layaknya seorang ibu. Tatkala sang anak meminta sebilah pisau untuk bermain, ibu yang baik tentu takkan mau menempatkan buah hatinya dalam bahaya, meski ia sangat tahu penolakannya bisa berbuah kecewa juga tangis sang anak.
Banyak dari kita yang kecewa dengan pembatasan. Tapi kini kita bisa sedikit bernafas lega dengan sedikit kelonggaran atas perjuangan kita bersama menahan diri dan taat terhadap kebijakan Pemerintah. Cepat pulih bangsaku.
Sumber : Status Facebook Muhammad Nurdin
Comment