by

Kejar Mahkota di Jalan Surut

Oleh: Tomi Lebang

Nur Mahmudi Ismail adalah lelaki dengan jejak karir yang lengkap di jalan yang surut. Ia pernah menjadi presiden — Presiden PKS. Lalu di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid ia jadi Menteri Kehutanan. Gus Dur terjungkal, ia pun terlempar pula dari kabinet. Tapi jalan hidup melemparkannya ke pinggir Jakarta sebagai Walikota Depok. Dari “presiden”, menteri, lalu walikota.

Jenderal Agum Gumelar, bekas Komandan Jenderal Kopassus, menjadi Menteri Pertahanan, Menteri Perhubungan lalu Menko Polkam di zaman Abdurrahman Wahid, Megawati dan SBY. Lalu setelah tuntas di kabinet, ia mencoba memanjat karir politik sebagai calon wakil presiden mendampingi Hamzah Haz di Pilpres 2004. Ia kalah di putaran pertama.

Tiga tahun kemudian, ia maju di gelanggang lebih kecil sebagai calon Gubernur DKI. Ia gagal lalu bergeser ke Jawa Barat di ajang Pilkada tahun 2008. Agum kalah.

Abdul Gafur, menteri gaek zaman Orde Baru juga pernah bertarung nun jauh di timur, di Maluku Utara sebagai calon gubernur. Ia sempat terpilih tapi pada 28 September 2001, DPRD Maluku Utara membatalkan keputusannya. Lelaki kelahiran Halmahera ini terjungkal oleh intrik politik lokal. Ia dianggap menyuap dua anggota DPRD Maluku Utara. Abdul Gafur pun kembali ke Jakarta.

Jangan lupa Syaifullah Jusuf, keponakan Gus Dur yang pernah jadi Menteri Desa Tertinggal. Ia kini berbahagia dan tetap jenaka di periode kedua sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur. Bersama pasangaannya Soekarwo, Gus Iful mengalahkan bekas menteri lainnya, Khofifah Indar Parawansa dalam pertarungan yang dramatis sampai ke pengadilan. Khofifah beruntung, ia kembali terpelanting ke atas menjadi Menteri Sosial di Kabinet Jokowi.

Begitulah. Kekuasaan itu memang nikmat, dan karena itulah tak sedikit orang menujukan hidupnya ke sana. Yang pernah mereguk nikmat kekuasaan, tak mudah melepaskannya.

Jika masanya tiba, tak sedikit pula yang melepaskannya ke sanak saudara dan kerabat demi tetap memeram pengaruh.

Kekuasaan yang ada dalam genggaman sungguh serupa magma perut gunung yang menjaga hasrat tetap panas. Mereka yang berkerumun di lereng siaga menanti titah.

Kekuasaan adalah nikmat tiada tara. Kendati harus menempuh jalan surut: dulu jadi menteri, lalu jadi gubernur, lalu walikota atau bupati. Tak masalah. Yang penting nikmat.

Selamat pagi para pemburu tahta …

(Sumber: Facebook Tomi Lebang)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed