by

Kanker Pilpres

 

“Wah saya bersyukur mas, gak harus operasi bongkar tengkorak kepala kayak jaman dulu. Karena sekarang sudah ada alat canggih yg namanya bedah mikroskopik. Alatnya cukup ditempel aja.” Jawabnya tetap sumringah.

Di Indonesia, saat ini setidaknya ada empat teknik pengobatan dan pemeriksaan yang terbilang baru dalam menangani kasus tumor otak. Empat jenis layanan canggih itu di antaranya adalah bedah mikroskopik dengan teknik Blue Ray, terapi radiasi RAPID ARC, metode pemeriksaan PET-CT dan metode bedah radiasi dengan gamma knife.

Belum lama temen FB gue Poppy Fe Hannan juga menulis bahwa setelah melakukan pemeriksaan laboratorium, dalam tubuhnya ternyata terdeteksi hyperplasia endometrium etypic 80-90% yg berpotensi kanker rahim, precancerous condition. Jadi harus dilakukan angkat rahim.

Buat wanita, vonis dokter agar rahimnya diangkat pastilah bagai langit runtuh dan matahari kehilangan cahayanya. Rasanya masa depan hancur dan gelap. Tanpa rahim berarti wanita akan kehilangan keturunannya. Garis penerusnya.

Meskipun awalnya shock, ternyata seperti Mbak F, Poppy masih bisa mengucapkan rasa syukur dan memuji Tuhan. Kenapa? Pertama, penyakit itu terdeteksi sebelum jadi kanker. Kedua, penyakit itu datang setelah dia sudah punya dua anak.

Enggak semua orang bisa melihat dan mengubah sesuatu dari impossible menjadi possible. Dari disability menjadi ability. Krn cuma orang2 yg terbiasa berpikiran jernih dan berhati bersihlah yg sanggup menyingkirkan segala jenis kanker medis yg ada dalam tubuh kita, atau kanker sosiologis yg ada dalam lingkungannya.

Apalagi jelang pilpres ini. Postingan2 negatif menjalar liar ke mana2 gak terkendali bagai jaringan sel kanker ganas. Sebut aja namanya sel kanker pilpres. Sangat mematikan. Kalo gak percaya, ikuti aja WAG yg disebar dgn sangat masifnya. Mengerikan. Yg sedang sakit bakal bertambah parah.

Sasarannya selain orang2 kurang beriman, siapa lagi kalo bukan Jokowi. Dan penyakit jahat para haters yg menggeragoti pemimpin sah negeri ini sudah beliau rasakan sejak awal tahun menjabat. Celakanya setiap tahun level virus kebencian itu meningkat satu stadium. Dan sekarang sudah memasuki level stadium empat. Stadium parah dan sangat mematikan.

Tapi seperti halnya Mbak F dan Mbak Poppy yg tenang menemui kesulitan, begitu jugalah Jokowi. Orang lain boleh uring2an melihat bagaimana dia setiap saat mau dihabisi oleh sel2 kanker hater jahat itu, tapi dia santai aja. Tetap percaya diri. Gak grusa grusu.

Selain berserah diri pada Tuhan dan tetap rajin beribadah, dia selalu mencoba melihat sisi positif cobaan yg dibebankan Tuhan padanya. Lalu mencari jalan keluarnya dgn seminim mungkin resiko. Kalo bahasa relijus Mbak Poppy: Tidak ada satu hal pun yg sanggup mencuri damai sejahteraku, jika aku tidak mengijinkannya.

Perhatikan saat Jokowi bertahun2 diserang abis2an karakter keislamannya, dia gak panik, dia tetap tenang, tetap kalem, tetap rajin sholat. Dan siapa yg menyangka setelah Hari Natal tiba, Tuhan cukup menggoyangkan pinggul lawannya dalam kegembiraan, sel kanker hater yg menyerang Jokowi pun langsung mengkeret. Gak perlu mikroskopi. Gak perlu operasi. Semesta mendukung, kata guru besar fisika, Yohanes Surya. Itulah hikmah Natal buat Jokowi, tulis sahabat gue pengamat Islam dan masalah2 Timur Tengah.

Saat ini Mbak F sekeluarga ikut menunaikan umroh sambil kontemplasi melewati tahun baruan di tanah suci. Sementara Mbak Poppy jelang operasi minta ijin dokter dua tiga hari honeymoon. Kalo semula mau ke Danau Toba, kali ini cukup di Jakarta aja, tulisnya.

Sementara dari saya mengirimkan doa atas kesembuhan dua ibu hebat ini. Percayalah, obat dari segala obat yg paling manjur adalah selalu menjaga kebersihan hati dan berpikir positif. Itu yg selalu dipegang pemimpin negeri saat ini. Bahkan sel kanker pilpres sekali pun bisa diatasi.

Tetaplah kita berserah diri pada Tuhan.

Selamat Tahun Baru, 1 Januari 2019

(Sumber: Facebook Ramadhan Syukur)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed