by

Jualan Bangke

Oleh: Biakto

Beberapa hari terakhir sirkus politik mulai tergelitik. Ditengah prestasi Jokowi yg terukur, presisi dan sulit diungguli disana pula ada manuver lucu dari bekas orang yg pernah diberi amanah tapi malah nyampah.

Geger jualan rakyat yg rindu kepemimpinan SBY, entah rakyat yg mana gak jelas juga. Tapi secara kasat mata kayaknya nggak ada deh, kecuali orang yg masih makan dari Demokrat.

Terus ada suara gaduh SBY turun gunung, istilah ini adalah istilah pendekar yg digdaya dan harus turun gunung menumpas hal yg menyimpang. Lha ini apa yg mau di bereskan, wong saat dia berkuasa korupsi merajalela, mangkrak dimana². Kasus yg tercium tapi terbenam juga banyak.

Ada pula isu Jokowi nakal dalam angka kemenangan atau mau nakal dalam pemilu kedepan. Bukankah pilpres 2009 yg menyisakan bau busuk, bagaimana tidak disana ada Annas Urbaningrum dan Andi Nurpati yg keduanya dari KPU melejit menjadi pimpinan partai.

Partai yg didirikan Vance Rumangkang dkk ini kemudian bak proses akuisisi dilakukan oleh SBY dan Kel saat menggantikan Annas Urbaningrum thn 2013 yg saat itu SBY masih sebagai presiden RI, kemudian di gantikan anaknya AHY, sebagai Ketum sampai skrg.

Siapa yg tak tau AHY disiapkan menggantikan kedudukan bahkan mimpi SBY agar anaknya menjadi presiden. Di betot dari TNI dgn pangkat mayor lgsg ikut kontestasi Pilgub DKI dan kalah. Kemudian mulai belajar manuver politik, tapi garing. Gestur politiknya tak elok, dia hanya mengandalkan penampilan dan anak SBY, padahal mantan presiden itu hanya berhasil membuat rekaman 5 kali tanpa laku dijual. Presiden merangkap sinden.

Ada dua putra mahkota yg saat ini sedang berdansa densi di lantai politik, Puan dan AHY, keduanya hadir kepermukaan karena kekuatan orang tuanya dan mereka didudukkan disana. Tapi jujur rakyat melihat mereka kurang bisa kerja, karena memang gak bisa kerja. Akhirnya salah gaya.

Presiden pasca Jokowi berat bro. Rekam jejak Jokowi begitu jelas hasil kerjanya, nah kalau yg mau menggantikan hanya bermodal nama orang tua ya gak bisa.

Era sekarang dimana semua nya terang benderang, kita bisa dilihat orang dgn mata telanjang. Jadi prosesnya gak bisa instant. Apalagi mau naik kelas yg diserang keberhasilan orang, ya jadi bumerang.

SBY itu mau di bungkus pakai satin emas agar kelihatan wah ya gak bisa, terus AHY malah mau jadi gudel manja dibelakang nama bapaknya tanpa keringat politik yg pernah dihasilkan.

Tidak ada yg melarang siapa saja mau jadi presiden, wapres, ketua DPR, dst. Tapi ya ngukur dan ngacalah. Miniatur Indonesia itu RT, apa sudah pernah nyoba jadi ketua RT. Kompleksitas hidup bertetangga, benturan dan rasan² tidak gampang memanagenya utk sekedar hanya dilihat.

Apalagi jadi presiden, emang kalau jadi anak presiden bekas, atau mayor bekas terus otomatis bisa kerja jadi presiden. Gak segitunya juga brother.

SBY dan AHY ini harus belajar melihat kaca spionlah. SBY jadi presiden karyanya apa, kalau mau ngerjai Jokowi pakai kenaikan BBM ya berat, analisanya sudah di buat Adian Napitupulu cukup jelas, lebih baik mana SBY dan Jokowi dalam mengelola kenaikan BBM sekaligus utang negara. Dan yg nyata didepan mata pembangunan yg merata.

Kita tau kok, kalau SBY bisa dijual AHY mau ikut ngekor, agar pemilih terus terkesima anak SBY pasti kayak bapaknya, tapi sayang justru yg dilihat dalam diri SBY adalah kegagalan. Jadi AHY insyaallah gagal juga.

AWAS KESELEK MAKAN MIE MAS…

(Sumber: Facebook Biakto)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed