by

Jaman VOC ada Tanam Paksa, Sekarang Ekspor Paksa

Oleh : Dahono Prasetyo

Kekalahan Indonesia dalam gugatan Uni Eropa ke WTO terkait larangan ekspor Nikel membuat Jokowi geram. Pemerintah Jokowi sejak tahun 2020 melarang ekspor Nikel mentah dalam rangka kebijakan melindungi kekayaan alam. Oleh negara barat dalam Uni Eropa mengajukan gugatan karena larangan ekspor Nikel mentah itu sangat merugikan industri hightech mereka.

“Ekosistem seperti chip, seperti komponen digital tadi, ekosistem besar, karena sekali lagi nikel itu, reserve (cadangan nikel) kita nomor satu. Timah nomor dua, bauksit nomor enam, tembaga nomor tujuh dunia. Punya semuanya. Membangun ekosistem electric vehicle (kendaraan listrik) baterai itu kita hanya kurang litium,” ungkap Presiden Jokowi dalam Kompas100 CEO Forum di Istana Negara Jumat (2/12/2022)

Ketergantungan negara industri hightech pada nikel sangat besar. Secanggih apapun inovasi yang mereka ciptakan, tanpa nikel sebagai bahan baku komponen tidak akan berguna.

Presiden Jokowi mempertanyakan larangan ekspor kekayaan alam sendiri yang seolah dipaksa oleh negara-negara maju.

“Ekspor paksa, kita dipaksa ekspor. Lho ini barang kita sendiri kok?!” lanjut Jokowi.

Kekalahan terhadap gugatan Uni Eropa sebelumnya sudah diprediksi para pengamat perdagangan. WTO yang menjadi kepanjangan tangan negara Eropa selalu membela kepentingan negara kapitalis.

Namun pemerintah Jokowi tidak lantas menyerah dengan keputusan tingkat pertama tersebut. Masih ada upaya banding yang akan terus dilakukan pemerintah demi melindungi kedaulatan sumber daya alam dan mineral di Indonesia.

“Dulu jaman VOC, jaman kompeni itu ada yang namanya kerja paksa, ada yang namanya tanam paksa. Jaman modern ini muncul lagi, ekspor paksa oleh WTO,” ungkap Presiden Jokowi mengkritik pedas keputusan WTO yang terlampau semena-mena.

Indonesia adalah surganya bahan baku industri berteknologi tinggi. Pemerintah Jokowi berjuang keras menanam kemandirian industri dalam negeri. Transfer tehnologi terus dilakukan, bahan baku utama adalah asset berharga, bukan saatnya lagi menjadi barang komoditas yang dijual mentah. Indonesia bisa menjadi negara produsen hightech, bukan sekedar pengguna.

***

Sumber : Status Facebook Dahono Prasetyo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed