by

Jakarta Panggung Kaum Bedebah

“ Saya utang ya mbok “ Kata salah satu pengunjung.
“ Ya. “ kata pedagang warteg itu. Seraya menulis di buku catatan yang lusuh. Yang seperti tidak satu orang. Tetapi ada beberapa orang. Saya kagum. Pemilik warteg ini telah berlaku sebagai provider social security network.
“ Ibu kenal dengan mereka yang utang makan itu “ Kata saya.
“ Kenal begitu aja. Mereka pedagang asongan atau pemulung, tukang bajay yang sering mampir makan di sini”
“Apa ada yang engga bayar?
“Ada aja. “ kata ibu dengan tersenyum. Tanpa sesal.
“ Ada berapa bon mereka semua yang belum bayar” Kata saya.
Ibu pemilik warteg itu tersenyum. Dia melihat buku catatan. “ Rp. 2.700.000. Kenapa pak ?
Saya mengambil uang dalam tas selempang saya.” Ini ada Rp. 3 juta. Ibu ambil untuk ganti utang mereka itu” kata saya.
“ Wah engga usah pak.”
“ Terimalah.” kata saya memaksa. Ibu itu ambil.
“ Nah apa rencana ibu selanjutnya dengan uang itu?
“ Tambah modal.” Katanya. Saya terkejut. Itu artinya, dia kekurangan modal. Dia menolong bukan karena dia berlebih. Begitulah orang kebanyakan. Walau resiko pasti tapi mereka tidak punya pilihan. Berbuat baik satu hal tetapi berbuat tanpa banyak pilihan itu sesuatu kesehajaan yang luar biasa.
Tidak lebih 3 km ada gedung balaikota, gedung DPRD dimana anggaran disusun. Lebih dari Rp. 60 triliun anggaran setiap tahun digelontorkan. Wilayah kumuh yang saya kunjungi itu, setiap tahun langganan banjir. Padahal perbaikan wilayah kumuh itu hanya 10% dari anggaran bangun trotoar DKI yang tak henti di bongkar pasang atau hanya secuil dari anggaran stadion DKI yang triliunan. Saya tak mempermasalahkan anggaran proyek. Asalkan prioritas perbaikan kampung dan wilayah dijalankan. Kalaupun tetap juga harus bangun proyek marcusuar, lakukan itu dengan skema non budgeter, seperti yang dilakukan Ahok.
Jakarta adalah icon kegagalan demokrasi mengangkat nilai nilai keadilan dan kemanusiaan. Dan hebatnya itu dilakukan secara legal lewat sistem yang didukung oleh legislatif dan aparat hukum. Tak berapa jauh dari kawasan kumuh itu ada istana presiden. Menjadi saksi negara ini dianeksasi oleh kaum bedebah.
 
(Sumber: Facebook Diskusi dengan Babo)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed