Oleh: Iyyas Subiakto
Jakarta pernah mendapat berkah dari sejak bernama Batavia sampai menjadi Ibu Kota Negara.
Karena selain sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta pernah dipimpin sosok kharismatik yaitu Ali Sadikin dan Basuki Tjahaja Purnama.
Sayang di penghujung usianya sebagai Ibu Kota yg bakal di gantikan oleh Penajam Paser Utara di Kaltim malah ditutup oleh seorang pemimpin yg memalukan.
Jakarta menjadi kota tersial di ujung statusnya sebagai Ibu Kota Negara.
Adalah Anis sang anak didik JK sejak proses pemilihan telah membuat keterbelahan masyarakat Jakarta dgn memainkan isu agama yg terang-terangan dijual murahan.
Islam menjadi agama pemarah kepada pemeluk agama lain atau kepada pemilih yg memilih Ahok sosok jujur dan pekerja keras.
Setelah terpilih dia tidak mau meneruskan pekerjaan yg di gagas Ahok dan Jokowi, dia membuat program seolah membuat terobosan seperti halnya dia akan memasukkan air ke perut bumi sehingga danau dan kali sengaja dibiarkan dangkal tanpa ada usaha menormalisasinya, akhirnya banjir datang mendera Jakarta.
Tidak berhenti sampai urusan kali, Monas yg hijau di papras utk pertunjukan balap e-formula yg berpotensi kehilangan uang 2,4T. Siapa dibelakang itu semua, ya siapa lagi kalau bukan gerombolan JK.
Bandingkan Montreal yg hanya membayar Rp. 18,4 m, kenapa Indonesia sampai 2,4T. Harusnya ini diusut bukan malah di besut.
Manusia tanpa raut muka dan rasa malu ini terus bergerilya melahap uang negara dgn cara sangat hina. Bayangkan di tengah nafas rakyat yg terengah karena pandemi, mereka bersuka ria menghamburkan uang tanpa sungkan. Ini sudah keterlaluan.
Tapi bak bidak yg berjalan lurus dia di kawal benteng dan dilindungi kuncung karena sebenarnya dia hanya kacung yg kelihatan beruntung yg sebentar lagi dipancung.
Kita lihat permainan lanjutannya setelah KPK memanggilnya apakah sekedar saksi atau naik ke penyelidikan bahkan ke penyidikan.
Endingnya akan kita lihat siapa mata lalat dibelakangnya yg begitu kuat sampai KPK pun jalan di tempat dan BPK dicolok hidungnya bisa memindahkan auditornya ke Aceh hanya untuk kepentingan bancaan yg akan dilanjutkan.
E-formula akan jadi balapan atau bancaan tergantung bagaimana KPK menanganinya. Disana akan dipertaruhkan antara keadaban dan kebiadaban. Mari kita sama-sama saksikan.
(Sumber: Facebook Iyyas Subiakto)
Comment