by

Islam Instan dan Kaku Berpotensi Menghancurkan Seni dan Budaya

Oleh : Abdulloh Faizin

“Jika seseorang hilang jiwa dan rasa seninya maka telah hilanglah 70 persen dari kehidupanya ” Al Ghozali dalam muroqil Ubudiyah syarah Bidayatul Hidayah.Persolan “kebaya dan wayang kulit” jadi treeding topik salahnya apa? Yang haram mana?… …Hanya orang orang cerdas dan punya rasa seni serta kelembutan hati yang mampu menikmati islam yang indah penuh seni dan kasih sayang yang artistik dan berbudaya serta erotik. Para manusia yang merasa pemegang kunci surga akan kaku dalam beragama karena tidak memahami nilai yang diajarkan nabi yakni esensi kemanusian dan keindahan seni yang diajarkan Tuhan.

Mereka tak pernah paham bahwa tuhanpun indah dan menyukai seni dan keindahan ان الله جميل يحب الجمال “Alloh itu indah dan suka dengan keindahan” Mengapa mereka tak bisa merasakan keindahan dan kelembutan ? karena jalan masuknya Islam mereka melalui orang orang keras tekstualiitas dan tak berseni serta tak berbudaya hanya memahami logika salah simbol tak bernilai yakni Islam adalah arab arab adalah Islam. Jadi semua dipaksakan harus kearab araban. Dari fenomena yang terjadi kita harus cerdas memahami hubungan spektrum realitas budaya dan Pemaknaan syariat yang benar . Jangan sekali kali melahab makna tekstualiitas agama tanpa melalui ilmu dan pemahaman para Ulama dan Masyayih yang sudah berpuluh puluh bahkan beratus ratus tahun sampai berabad abad mengkodifikasi bentuk perkawinan adat budaya yang baik dengan implementasi substansial nilai syariat.

Adanya ajaran agama atau syariat juga melegetimasi budaya yang baik bahkan tidak mengharamkanya. Yang penting sesuai bahkan menguatkan perkembangan ajaran agam itu sendiri. Konsep ini harus dipegang menjadi pemikiran kita agar tidak kaku sering emosi dan dan marah serta kagetan atau bahkan membagun perpecahan dan kebencian antar kitapun secara berlahan akan menjadi pemabok agama dengan dalih syar, i. dan atas nama Agama. Ini adalah kesesatan berfikir, bermanhaj yang luar biasa dan ini yang harus dihindari.Persoalan diatas merupakan relasi kronologi dari munculnya Ustadz Ustadz baru di mrdsos yang acapkali menggaungkan istilah hijrah, syar, i serta dikit dikit ngomong kaffah di setiap ceramah dimimbar kebencianya.

Mereka menggiring pada hal hal yang sok islam sok agamis dan sok sunnah. Namun ketika ditelaah lebih jauh, dari apa yang diajarkan benar benar tidak seperti ajaran dan metode perjuangan para Ulama, bahkan terkesan mengumbar seribu tuduhan pada budaya baik dan amaliyah yang diajarkan Ulama terdahulu menyimpang atau bahkan benturan dengan metode bijak para Ulama dulu dalam menyampaikan ajaran.Mari kita kuak satu persatu kekonyolanya mereka dalam memahami realitas relasi indah antara budaya seni dan agama agar terhindar dari pemahaman peminum khomer agama ini.

Pertama : Kita akan mencoba mencermati isu strategiss viral yang muncul akhir ini yakni mereka menjustifikasi pemakaian” kebaya” adalah bentuk pemurtadan ! Wuih ini sangat sangat konyol! Mari kita analisa kekonyolanya ” kebaya apa yang salah? Bukankah sebuah pakaian yang menujujukan erostika keanggunan? kemudian dalan prespektif agama pandangan mana yang mengharamkan? Pendapat ulama mana yang memurtadzkan ? Sungguh penafsiran kerdil tak berbobot yang menggaungkan kebodohan hukum ini atas nama syareat. Untuk masalah pakaian agama hanya berbicara tentang bagaimana menutupi aurat bukan jenis dan ragam pakaian, atau budaya mana pakaian itu dihasilkan jadi titik vokusnya hanya “tertutup tidaknya aurat” yang mengarah pada hukum halal haram untuk dipandang, bukan jenis maupun fashion model baik itu model lama atau baru pakaian dari bahan apapun karung goni plastik hitam, oskar, karper, kulit blangsng dan lain sebagai.

Dari adat manapun jawa, sumatra, arab indonesia terserah yang penting aurat tertutup titik. Apalagi ada keharusan memaksa untuk berpakaian arab bisa jadi berabe nanti. Maka jika ingin memakai cadar silahkan memakai jilbab silahkan itu urusan interpretasinu ! namun jangan coba coba menuduh pengguna pakaian budaya adalah bagian dari pemurtadan itu itu sok suci itu jika diteruskan menjadi sangat bahaya untuk keimana karena tuduhan kafir Kepada sesama bahkan membunuh kreatifitas budaya dan mematikan kearifan lokal. Rekatnya Agama dan budaya juga membangun hubungan sosial yang harmonis dan berdamai sehingga muncullah kesempurnaan beragama telah berbudaya.

Kedua : viral bentangan yang bertulis kebencian terhadap ” wayang kulit ” wayang kulit ada adalah hasil kreatifitas budaya indah hanya cara berfikir dungu dari orang yang tak pernah memahami keindahan seni dan mengerti sejarah perjuangan para wali songo dengan berbagai kasih sayang dan cara dakwah bijaknya sehingga mengislamkan tanah jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Apa pentingnya budaya? Budaya Islam (Arab: الثقافة الإسلامية; Inggris: Islamic Culture) adalah istilah yang banyak digunakan dalam akademi sekuler untuk mendeskripsikan praktik budaya orang Islam.

Karena agama Islam muncul pada abad ke-6 di Arab, bentuk awal budaya Muslim kebanyakan merupakan budaya Arab. Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, Muslim saling berhubungan dan berasimilasi dengan budaya. (wp). Dari diskrispsi menujukaan bahwa budaya itu penting untuk pengembangan Islam.Yang tidak kita inginkan adalah pemahaman ekstrim keras yang tak mampu merefleksikan kelembutan dan kasih sayang nilai Islam itu sendiri dengan kecentangan keilmuan agama yang hanya berpatokan pada para ustadz viral mualaf viral dan meninggalkan pemahaman dari salafushalihin sehingga ilmunya patah tanpa sanad. Dengan keinginan instant mendapatkan surga lalu menghina dan mengkafirkan sesama.

Butuh waktu bertahun tahun memahami keindahan dan kesempurnaan Islam dari para Masyayih dari peaantren atau muwajah bersama mereka ditempat serta majlis talim dan dzikir dengan keberkahan yang meliputi kita.maka tidak cukup memahami Islam yang begitu besar dan sempurna ini dengan hanya liqo kilat dan nonton ustadz pujaan di google youtube tanpa sanadz yang jelas. Karena akan menhasilkan ilmu yang terpatah patah dan jihad yang beringas dan tak jelas. Sekali lagi belajarlah kepada para alim Ulama yang mampu memahami makna Islam yang berakulturasi dengan budaya. Karena kehebatan Ulama kita tidak diragukan dan keilmuanya bisa dipertanggungjawabkan.

Sumber : Status Facebook Abdulloh Faizin

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed