๐๐ฅ๐๐ก : ๐๐ฎ๐ญ๐ซ๐ ๐๐๐๐๐ ๐
๐พ๐๐ข ๐ก๐๐ ๐ ๐๐๐๐, ๐ก๐๐ ๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐โฆ
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐ ๐๐ข๐ ๐โฆ
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ฆ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐ข๐ ๐โฆ
๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐โฆ
๐พ๐๐ข ๐ก๐๐ ๐ ๐๐๐๐, ๐ก๐๐ ๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐โฆ
๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ โ๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐โฆ
๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐ก ๐๐๐๐๐๐๐กโฆ
๐๐๐๐ข๐ ๐๐ โ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐กโฆ
๐๐๐๐๐๐๐๐๐ โ๐ข๐๐ข๐โฆ
๐๐๐๐โ๐ข๐๐๐ก ๐๐๐ข๐๐๐ก ๐๐๐๐ฆ๐๐กโฆ
Lagu berjudul “๐๐๐๐๐๐ ๐ต๐๐ ๐” yang di bawakan Fadli Zon n the genk pada tahun 2018 tersebut membuatku tercekat. Sebab aku sadar jika sejatinya tembang itu sengaja di ciptakan untuk Jokowi. Mengingat di tahun-tahun tersebut Fadli Zon juga massif mengembangkan kemampuan bersyairnya untuk melayangkan hujatan kepada pemerintahan Jokowi.
Dulu saya tak menghiraukan kicauan Fadli Zon, dan kawan-kawannya ketika terus-menerus menggempur masa pemerintahan Jokowi, karena saya tahu jika mereka para penghujat Jokowi hanyalah barisan orang sakit hati yang belum legowo terhadap kemenangan Jokowi untuk kedua kalinya. Dan lewat kumpulan syair dan puisi lah salah satu media untuk mereka meluapkan segala rasa kekesalannya terhadap Jokowi, orang yang sering mereka cap ๐๐๐๐๐๐-๐๐๐๐๐๐.
Namun siapa sangka jika orang yang sebelumnya mereka anggap remeh temeh itu sekarang mereka raja-kan. Jilatan demi jilatan terus mengguyur si raja, hingga seluruh tubuh bagindanya berlumuran dengan ludah pujian-pujian dusta. Pun dengan si raja yang berhasil ditaklukan hingga terbuai dengan rayuan maut mereka.
Dari sanalah sosok yang saya jadikan panutan selama beberapa tahun itu mulai hilang karakter. Kepribadiannya yang welas asih nan menghangatkan seketika berubah dingin dan mulai menampilkan rupa buasnya. Dan hal itu semakin kentara saat ia mulai menggunakan jabatannya untuk melanggengkan masa kekuasaannya. Lewat keturunannya lah, si raja ingin memperpanjang masa kejayaannya.
Dengan melucuti konstitusi MK, Gibran berhasil di nobatkan sebagai cawapres untuk mendampingi Prabowo. Tentu dari penjebolan konstitusi itu mendapat banyak sorotan hingga aksi protes massa, bahkan banyak yang turun ke jalan demi menyuarakan ketidakadilan. Mereka datang dari golongan tokoh masyarakat, guru besar yang sangat paham mengenai tata hukum kenegaraan sampai anak-anak muda wabil khusus mahasiswa.
Di negara demokrasi, kebebasan berpendapat memang selalu terbuka bagi masyarakat, dan hal itu sesuai dengan Pasal 28 E ayat 3 UUD 1945 bahwa โ๐๐๐ก๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐โ๐๐ ๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ก, ๐๐๐๐๐ข๐๐๐ข๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ก.โ
Namun di masa menjelang Pemilu tiba, dan diwarnai dengan banyak drama-drama politik ini, justru kebebasan beraspirasi itu malah menuai intimidasi.
Dimana Ketua BEM UI Melki Sedek Huang mendapat intimidasi. Hal itu dilatarbelakangi dari gerakan mahasiswa yang mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi terkait syarat usia capres-cawapres.
Aksi Melki dalam menuntut keadilan itu nyatanya membawa efek bagi keluarganya. Dimana keluarga Melki di Pontianak didatangi aparat TNI dan Polisi. Tak hanya keluarga saja, bahkan sampai guru sekolah di SMA-nya juga turut mendapat tamu dari orang-orang berseragam itu.
Bayangkan saja kawan, Pilpres masih jauh. Tapi aparat yang seharusnya berlaku netral terhadap jalannya Pemilu malah ikut cawe-cawe, seperti Kepala Negaranya. Lantas di manakah integritas mereka yang sebenarnya? Mungkinkah integritas itu sudah mereka gadaikan di tangan sang penguasa negeri?
Bukan hanya Melki saja yang terintimidasi, melainkan seorang komika terkenal bernama Bintang Emon turut menyita atensi warganet. Pasalnya video parodi yang berisi kritikan terhadap sikon Indonesia saat ini lenyap alias di take down dari list postingannya.
Video Bintang Emon memuat tentang parodinya sebagai ketua TPN yang tengah melangsungkan rapat demi pemenangan paslon jagoannya. Yang mana โ๐ท๐๐ ๐ ๐ท๐ ๐๐๐ ๐ ๐ฟ๐๐๐ข ๐๐๐ ๐ท๐๐๐๐ ๐ก๐โ menjadi goals dalam agenda parodinya. Mulai target marketnya anak-anak muda yang tak pernah paham tentang kegetiran Orba, isu dinasti yang tak terpikirkan dalam benak gen Z dan Y, konten ๐๐๐ฆ๐๐ค๐/๐๐๐๐๐ฆ menjadi point untuk mendulang simpati, sampai statement โโ๐๐๐๐ก๐ ๐ก๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐ฆ๐โ ikut tercurah.
Dan saya rasa teman-teman pasti sadar mengapa video Bintang Emon di take down. Ya, sebab dalam tayangan tersebut mengandung kritikan yang menyinggung soal Prabowo dan politik dinasti Jokowi yang menghuru-hara. Sehingga pihak yang merasa tak terima dengan parodi tersebut meminta sang influencer untuk menghapus kontennya.
Rupanya koalisi gendut ini baperan juga ya. Padahal di dalamnya sudah ada dukungan dari bapak kepala negara loh, tapi kenapa masih takut dengan humor anak muda seperti itu? Lagian dalam video tersebut tidak mencatut nama pihak terkait, Jadi mengapa mereka berasumsi jika tayangan tersebut dibuat untuk mereka?
Selain anak muda yang menjadi sasaran, partai PDI-Perjuangan pun tak luput dari intimidasi. Dimana kantor DPC PDI-Perjuangan Solo didatangi aparat polisi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Tentu saja bersambangnya sekelompok orang berseragam coklat tanpa sepengetahuan kader PDI-Perjuangan akan memicu opini liar pulik, bahwa ada intervensi dari aparatur negara.
Padahal dalam pasal 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, sudah menyantumkan jika ASN harus menjamin dan menjaga kenetralitasannya pada kontestasi politik. Lalu andaikan bukan bagian dari intimidasi, apa dong? Karena ujug-ujug datang dengan dalih menjalankan rutinitas.
Jikalau memang rutinitas, mengapa baru dijalankan menjelang penyelenggaraan Pemilu? Ditambah lagi aktivitas seperti itu belum pernah terjadi di kantor DPC PDI-Perjuangan Solo, ini kali pertama kantor mereka mendapat tamu berseragam polri.
Mungkinkah dari semua bentuk-bentuk intimidasi yang saat ini terjadi adalah upaya seorang ayah untuk memberikan kemenangan mutlak kepada anaknya, dengan menyingkirkan semua yang dianggapnya sebagai hambatan dan penghalang?
Jika itu benar, lalu apa gunanya demokrasi?
Dulu anak muda dan rakyat Indonesia serentak bersatu padu untuk menggulingkan kekuasaan Orba, yang selalu menutup bahkan membungkam paksa aspirasi rakyatnya dengan bayang-bayang penculikan hingga berujung kematian. Lalu sekarang di tangan pemimpin yang sebelumnya diperjuangkan rakyat agar tidak mengembalikan kejayaan Orba bangkit, justru bekerja sama dengan orang Orba.
Tapi di sisi lain saya yakin jika pemikiran rakyat tak sekerdil itu untuk kembali tunduk pada kekuasaan tirani. Cukup 32 tahun saja rakyat merasakan kehidupan pahit yang terus di intimidasi oleh kalangan elite.
Rakyat akan selalu bersuara dan melawan ketidakadilan itu, layaknya lagu Fadli Zon n the genk ๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ก๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐๐.
Pun selalu ingat pesan Wiji Thukul, ๐๐๐๐๐๐๐ ๐ข๐ ๐ข๐ ๐๐๐ก๐๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐๐๐๐, ๐ ๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐. ๐๐๐๐ โ๐๐๐ฆ๐ ๐๐๐ ๐ ๐๐ก๐ข ๐๐๐ก๐: ๐ฟ๐๐ค๐๐!
Sumber : Status Facebook Putra Sadega
Comment